Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2020, 17:16 WIB
Nansianus Taris,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Siswa-siswi Sekolah Dasar Katolik (SDK) Menggol, Desa Melo, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, harus menyeberangi sungai dan berjalan kaki sekitar tiga kilometer menuju sekolah.

Siswa dan siswi itu harus menyeberangi Kali Wae Lengger yang memisahkan Kampung Melo dan SDK Menggol.

Tak ada jembatan yang membentang di atas kali yang memiliki luas belasan meter itu. Padahal, air kali itu cukup deras di musim kemarau dan musim hujan.

Tak ada pilihan lain bagi siswa sekolah itu, arus deras harus diterobos demi pendidikan, meski berbahaya.

Baca juga: Tingginya Angka Kemiskinan dan Stunting di NTB Menjadi Perhatian Wapres

Evaltus Brein, siswa kelas 6 SDK Menggol, menceritakan perjalanannya enam tahun menyeberangi kali dan berjalan tiga kilometer demi pendidikan.

"Pokoknya, berani sudah daftar kelas 1, berarti siap sudah untuk pergi sekolah lewat kali Wae Lenger dan jalan kaki dari rumah. Kan tidak ada jalur lain menuju sekolah. Kami semua, dari siswa kelas 1 hingga 6 dan juga harus menyeberang kali saat ke sekolah," kata Brein kepada Kompas.com di lokasi, Rabu (17/2/2020).

Brein menceritakan arus Kali Wae Lengger tak terlalu deras saat musim kemarau. Para siswa bisa menyeberang sendiri tanpa bantuan orangtua dan guru.

Tapi, hal itu tak berlaku saat musim hujan. Mereka butuh uluran tangan orangtua dan guru untuk menyeberangi arus deras Kali Wae Lengger.

"Kalau musim hujan begini, pas pulang sekolah, ada memang orangtua kami sudah siap di sebelah kali untuk bantu nyebrang. Kadang juga guru-guru bantu kami," ungkap Brein.

Baca juga: 20 Kali Gagal Tanam Ganja untuk Konsumsi Pribadi, Pelaku: Giliran Tumbuh Gue Ketangkep

Brein mengaku rintangan itu tak meruntuhkan semangat para siswa SDK Menggol untuk menuntut ilmu. Mereka justru semakin tekun belajar.

SDK Menggol merupakan salah satu sekolah tertua di wilayah itu.

Menurut Brein, Orangtua mereka sering bercerita, banyak orang sukses lahir dari sekolah itu karena sering menyeberang kali dan berjalan kaki. 

"Dari cerita bapak saya di rumah, banyak yang sudah sukses tamatan SDK Menggol. Saya juga harus ikut jejak mereka-mereka itu walau harus lawan arus kali dan jalan kaki setiap hari. Kejar cita-cita, yah, harus berjuang," kata Brein.

Salah satu tokoh masyarakat Desa Melo, Benyamin Don mengatakan, SDK Menggol telah berusia puluhan tahun.

Selama itu pula, siswa dan para guru berjuang meneberangi arus Kali Wae Lengger dan berjalan kaki sejauh tiga kilometer menuju sekolah.

"Mau bagaimana lagi. Begini sudah kondisi kita di pedalaman. Sekolah kami ini kan berada di sebelah kali," kata dia.

Baca juga: Viral Suporter Diduga Lempar Batu ke Gerbong Kereta Api, Ini Kata KAI

Saat musim hujan, para siswa dan guru kadang tak bisa kembali ke rumah karena arus yang deras.

"Setiap hari anak-anak dan guru harus lewat kali ini. Kasihan sekali kalau hujan. Mereka kadang tidak bisa pulang rumah karena arus terlalu deras," tutur Benyamin.

Benyamin mengatakan, masyarakat sekitar berharap pemerintah membangun jembatan di atas kali tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com