Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Lahan Kosong Belakang Rumah, Keramik Naruna Tembus Pasar Ekspor

Kompas.com - 19/02/2020, 16:44 WIB
Dian Ade Permana,
Khairina

Tim Redaksi

SALATIGA, KOMPAS.com - Berawal dari lahan kosong milik pamannya, Roy Wibisono Anang Prabowo merintis usaha pembuatan cangkir keramik.

Kini, cangkir keramik buatan Naruna Creative Space telah mampu menembus pangsa pasar di Qatar, Australia, dan India.

Ditemui di lokasi workshopnya, Roy mengatakan, ia merintis usaha pembuatan cangkir keramik ini sejak Oktober 2019.

Baca juga: Di Museum Nasional, Hasto Cerita Kisah Megawati Jadi Perawat Keramik Kuno

 

Bahan baku tanah liat didatangkan khusus dari Sukabumi (Jawa Barat) dan Pacitan (Jawa Timur).

Alasannya, kualitas tanah liat dari kedua daerah tersebut sangat bagus dan tahan saat dibakar hingga suhu 1.250 celcius.

"Memang karakter tanah liatnya harus yang bagus, karena kalau tanah biasa saat dibakar malah meleleh," jelasnya, Rabu (19/2/2020).

Menurut Roy, proses pembuatan cangkir keramik tidak terlalu susah. Bermula dari tanah liat yang dibentuk, selanjutnya dibiarkan hingga mengering.

"Setelahnya baru dilakukan proses pewarnaan dan dibakar selama enam jam dengan suhu yang stabil. Jika semua proses tersebut telah selesai, maka tinggal dilakukan finishing," paparnya.

Dia menilai, keramik produksi Naruna mampu menembus pangsa pasar luar negeri karena desainnya yang menyesuaikan perkembangan zaman.

"Sekarang baru ramai segmen masa depan, ini yang menjadi tren keramik di dunia. Motif-motif dalam gelas keramik ini unik, sehingga kompetitor tidak bisa masuk dalam penawaran yang sama," tegas Roy.

Baca juga: Perjuangan Yustina Ojing, Bertahan Membuat Periuk Tanah Liat di Tengah Arus Modernisasi

Motif dan bentuk cangkir, lanjutnya, tidak asal buat. Tapi melalui proses riset sehingga karakter yang muncul bisa menonjol dan menjadi ciri khas.

Apalagi, kata Roy, keramik produksi Naruna saat ini mengincar segmen konsumen kafe-kafe.

"Kalau yang untuk di Indonesia, pemasaran sudah sampai ke Jakarta, Surabaya, Bali, dan Makasar," kata lelaki lulusan Universitas Diponegoro ini.

Soal harga, Roy mematok per cangkir mulai Rp 85 ribu sampai Rp 115 ribu.

Variasi harga ini tergantung pada ukuran dan kerumitan cangkir, termasuk pewarnaannya.

Karena pesanan terus berdatangan, baik dalam bentuk cangkir maupun custom, dalam sebulan setidaknya dibutuhkan empat ton tanah liat.

"Jumlah pekerja ada 20 orang dengan keahlian masing-masing. Ada beberapa lulusan SMK yang sesuai klasifikasinya, agar hasilnya maksimal. Jika belum bisa membuat, maka akan didampingi hingga bagus hasilnya," kata Roy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com