Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdiri di Lahan Sengketa, 3.000 Rumah di Green Citayam City Bogor Terancam Digusur

Kompas.com - 19/02/2020, 15:01 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Tergiur rumah subsidi

Perempuan berusia 34 tahun itu menceritakan awal mula tertarik memiliki rumah di GCC pada tahun 2015.

Saat itu, ia mendapat informasi perumahan bersubsidi tipe 27/84 senilai Rp 140 juta dengan angsuran perbulan Rp 1 juta.

Armida dan suaminya pun tergiur lantaran hasrat ingin mempunyai tempat tinggal sudah tak terbendung.

Lebih-lebih harga rumah itu masih tergolong murah sehingga bisa menyesuaikan gaji masing-masing.

Tanpa pikir panjang lanjut dia, ia pun mengeluarkan uang tanda jadi (booking fee) sebesar Rp 2,5 juta dan sudah enam kali angsuran untuk uang muka (DP). Jika ditotal uang yang sudah dikeluarkan kurang lebih Rp 20 juta.

"(Pengembang) bilangnya subsidi jadi saya percayanya itu dari pemerintah (Jokowi) dong. Awalnya ditunjukkan surat-surat tapi enggak menteliti banget karena sudah bagus gitu (percaya) dan harganya standar lah sama gaji suami ya sudahlah kita ambil akhirnya," ujar dia.

Baca juga: Lapak Akan Digusur, 5 PKL Aksi Topo Pepe Di Depan Keraton Yogyakarta

DP sudah dibayar, ruah tak kunjung dibangun

Meski sudah membayar DP, nyatanya rumah impian Armida itu tak kunjung dibangun. Bahkan, empat tahun telah berlalu belum juga ada akad kredit dari GCC.

Tak sampai disitu, imbuh sang suami, Yus Sudarso bahwa di tengah perjalanan, ia kembali ditelepon oleh pengembang untuk membayar bakal hook dengan harga dihitung per meter.

"Sampai sekarang (saya) belum akad, terus kemarin ditelepon minta bayarin uang hook ada 12 meter kebelakang, tapi saya tidak mau bayar sampai akhirnya saya tahu ini perumahan memang ada masalah," beber Yus.

"Kalau ngambil perumahan prosesnya itu paling lama 2 tahun cuman inikan sudah ada 4 tahun, padahal biasanya kalau sudah DP langsung dibangun tapi kok punya kita enggak (dibangun)," sambung dia.

Sejauh ini, Yus dan istrinya belum terpikir untuk kembali membeli perumahan.

Dia menyakini bahwa permasalahan ini tidak semata tentang keluarganya, karena terdapat banyak warga yang juga dirugikan.

Yus hanya berharap, supaya uang segera kembali karena jumlahnya sangat berarti untuk keperluan membayar kontrakan saat ini di Desa Kranggan, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

"Kalau pun mau dipindahkan saya juga sudah enggak punya gaji tetap sekarang," ungkapnya.

Baca juga: Fakta SA Pelaku Penusukan Wiranto, Lulusan Fakultas Hukum yang Rumahnya Digusur untuk Pembangunan Tol

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com