Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Meninggal Akibat DBD di Tasikmalaya Bertambah Jadi 3 Orang

Kompas.com - 18/02/2020, 12:14 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Korban meninggal akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, bertambah menjadi tiga orang memasuki pekan ketiga bulan ini.

Sebelumnya tercatat sejak awal Januari sampai awal Februari lalu, diketahui korban meninggal akibat DBD 1 orang dan 55 orang terjangkit.

"Korban meninggal akibat DBD bertambah sampai pekan ketiga Februari ini menjadi 3 orang. Sebelumnya korban meninggal hanya 1 orang dan sampai hari ini yang terjangkit total semuanya yang tercatat bertambah 1 orang menjadi total 56 orang," jelas Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan dan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Suryaningsih di kantornya, Selasa (18/2/2020).

Baca juga: Penderita DBD di Tasikmalaya Bertambah Jadi 55 Orang, 1 Meninggal Dunia

Suryaningsih menambahkan, tiga orang yang meninggal akibat DBD di Kota Tasikmalaya berasal dari Kecamatan Tawang, Cihideung dan Mangkubumi.

Kondisi ini sangat meningkat drastis dari tahun sebelumnya yang hanya 26 kasus DBD tanpa ada korban yang meninggal dunia.

Sehingga, pihaknya pun terus berupaya dengan menekan peredaran jentik nyamuk di lingkungan masyarakat, mulai dari gerakan penyebaran ikan cupang, program satu keluarga waspada satu sarang nyamuk, dan mewajibkan pola bersih-bersih lingkungan oleh masyarakat lewat Puskesmas.

"Kami telah berupaya melakukan langkah agar jentik nyamuk tidak berkembang biak menjadi dewasa dengan menaburkan abate dan upaya lain menebarkan ikan cupang. Namun, warga juga tetap berupaya meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), tapi sekarang ini masih banyak kesadaran yang dilakukan itu masih rendah seperti contohnya membuang sampah sembarangan masih terjadi," tambah Suryaningsih.

Meningkatnya korban jiwa akibat DBD ini, lanjut Suryaningsih, diduga akibat adanya perubahan cuaca sebagai siklus lima tahunan dari musim kemarau panjang ke hujan dengan intensitas tinggi.

Terlebih tingkat keasadaran kebersihan lingkungan masyarakat sampai sekarang masih dinilai rendah yang berpotensi menjadi sarang nyamuk aides Aegypti tersebut.

"Kami pun meminta kepada masyarakat jika mengalami sakit panas tinggi sampai 40 derajat celcius, segera ke rumah sakit. Ciri-ciri penyakit DBD selain panas tinggi, muka kemerahan, kulit memerah, nyeri seluruh tubuh, sakit kepala, mual, muntah, sakit tenggorokan dan sakit di sekitar bola mata. Segera ke dokter jangan anggap penyakit panas biasa," pungkasnya.

Baca juga: Pasien DBD Gunungkidul Terbanyak di DIY, Diduga karena Nyamuk Sudah Kebal Insektisida

Diberitakan sebelumnya, kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya terus meningkat sejak musim penghujan terjadi awal tahun 2020.

Sebelumnya tercatat sejak 1 Januari 2020 sampai dengan Kamis (13/2/2020), total terjangkit DBD di Tasikmalaya sebanyak 55 orang dan 1 di antaranya meninggal dunia.

Pemerintah Kota Tasikmalaya mewaspadai merebaknya penyakit demam berdarah dengue (DBD) selain berbagai langkah antisipasi merebaknya virus Corona selama ini.

Sepuluh pasien di antaranya masih menjalani perawatan intensif dan sisanya telah dinyatakan bisa melanjutkan perawatan di rumahnya masing-masing.

"Kalau korban jiwa tidak ada. Selama sebulan pada Januari ini kita telah merawat 55 pasien positif DBD. 10 orang diantaranya sampai sekarang masih dirawat. DBD kita waspadai betul selain dengan merebaknya virus Corona," jelas Wakil Direktur RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya, Denny Diyana kepada wartawan di kantornya, Jumat (31/1/2020) siang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com