Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Milla, Mahasiswi Program Doktor yang Jalani Observasi di Natuna, Rindu Keluarga

Kompas.com - 17/02/2020, 23:18 WIB
Labib Zamani,
Khairina

Tim Redaksi

 

 

KLATEN, KOMPAS.com - Hilyatu Millati Rusdiyah (33) adalah satu dari 238 warga negara Indonesia (WNI) yang menjalani proses observasi dan karantina di Natuna, Kepulauan Riau.

Perempuan yang akrab disapa Milla merupakan warga Desa Malangan, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Milla dievakuasi oleh pemerintah Indonesia dari Wuhan, China pasca terjadinya wabah virus corona.

Milla kemudian dibawa ke Natuna, Kepulauan Riau untuk menjalani proses observasi dan karantina selama 14 hari sebelum dipulangkan ke daerah asal.

Baca juga: Kisah Mahasiswa di Wuhan Saat Virus Corona Merebak, Teriak Jiayou dari Balik Jendela

Selama menjalani proses observasi dan karantina, mahasiswi yang sedang menyelesaikan program doktor di Chongqing University mengaku sangat merindukan keluarga.

"Yang dirindukan saat dikarantina adalah keluarga. Karena sudah terpisah dengan keluarga sangat lama," kata Milla dengan didampingi suami, Ahmad Syaifuddin Zuhri (35) ditemui di rumahnya Desa Malangan, Tulung, Klaten, Jawa Tengah, Senin (17/2/2020).

Selama observasi dan karantina di Natuna, Milla setiap hari mengikuti kegiatan olahraga, makan bersama tiga kali sehari, bermain game, sosialisasi dan sehari dua kali pemeriksaan kesehatan, baik suhu tubuh maupun tekanan darah dan sebagainya.

Milla juga mengatakan semua WNI yang menjalani observasi dan karantina di Natuna dinyatakan sehat dan tidak ada satupun yang menunjukkan adanya gejala-gejala virus corona.

"Kemenkes telah mengeluarkan sertifikat atau surat sehat untuk masing-masing peserta observasi yang kemarin diberikan sebelum kami pulang ke keluarga masing-masing," terang Milla.

"Jadi, saya mohon kepada masyarakat sekitar tidak perlu takut kepada kami dan tidak mengkhawatirkan kedatangan kami. Karena kami semuanya dalam kondisi baik-baik saja," ucap Milla menambahkan.

Sebelum dirinya dievakuasi kembali ke Indonesia, Milla mengaku khawatir dengan kondisi di Wuhan.

Sebab, penyebaran virus corona sangat cepat. Dari ribuan orang menjadi puluhan ribu orang yang terserang.

"Saat itu kami mulai was-was karena virus ini bisa menyebar melalui udara. Dan, itu tidak bisa kami kapan kami akan ikut terkena," tutur Milla.

Oleh sebab itu, jelas Milla, pemerintah setempat mengimbau semua warga termasuk warga negara asing untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan tertular virus corona.

Baca juga: Dua Mahasiswa Bali yang Selesai Dikarantina di Natuna Dipantau Selama Seminggu

Camat Tulung, Suyamto mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir karena warga yang pulang dari observasi dan karantina di Natuna dinyatakan sehat dan negatif corona.

"Saya mengimbau masyarakat sekitar tidak usah khawatir. Karena hasil pemeriksaan kesehatan, warga yang mengikuti observasi dan karantina semua dinyatakan sehat," ungkap Yamto.

Pihaknya menambahkan dalam waktu dekat akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan melibatkan kepala desa setempat agar warga tidak khawatir dengan kepulangan Milla dari Natuna.

"Kita akan sosialisasi kepada masyarakat dengan kepala desanya supaya tidak khawatir dengan kedatangan Mbak Milla setelah menjalani observasi dan karantina," terang Yamto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com