Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswinya Jadi Korban Perundungan, SMP Muhammadiyah Butuh Akan Jadi Sekolah Ramah Anak

Kompas.com - 17/02/2020, 15:47 WIB
Riska Farasonalia,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG,KOMPAS.com - Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah buka suara terkait kasus bully yang dialami siswi SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo.

Ketua Dikdasmen PWM Jateng Iwan Junaedi menyatakan prihatin atas peristiwa dalam unggahan video berdurasi 28 detik yang viral di media sosial pada Rabu (12/2/2020).

Menurutnya, kejadian tersebut bukan mencerminkan karakter siswa yang terbentuk di SMP Muhammadiyah Butuh.

Baca juga: Siswi SMP Purworejo Korban Perundungan Sudah Lama Curhat Sering Ditendangi Temannya di Sekolah

Dia mengklaim, sekolah tersebut selama ini telah banyak melahirkan alumni yang tersebar dan berkiprah menjadi tokoh.

Sementara, diketahui ketiga siswa pelaku dan satu siswa perekam merupakan siswa pindahan dari sekolah negeri dan swasta lain yang baru masuk di kelas 8 SMP Muhammadiyah Butuh.

"Peristiwa itu tentu tidak kami kehendaki. Kami turut prihatin dengan kejadian tersebut. Ketiga siswa pelaku dan satu perekam memang diketahui pindahan dari sekolah lain. Mereka pindah pada saat masuk kelas 8. Pindahan dari sekolah negeri dan swasta," jelas Iwan saat dihubungi Kompas.com, Senin (17/2/2020).

Sebagai lembaga yang menaungi sekolah tersebut, lanjut Iwan, pihaknya tentu tidak lepas tanggung jawab. Peristiwa tersebut dijadikannya sebagai momentum perbaikan pendidikan.

Untuk itu, pihaknya bertekad akan menata kembali dan merevitalisasi SMP Muhammadiyah Butuh Purworejo dengan menggunakan pola baru.

"Kami akan menata ulang dan merevitalisasi menjadi sekolah inklusi berbasis karakter dan ramah anak. Kami akan bekerja sama dengan Lazis Muhammadiyah Pimpinan Wilayah Jawa Tengan. Termasuk bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Purworejo, prodi Psikologi," katanya.

Baca juga: Ganjar Sebut Siswi SMP Korban Bullying di Purworejo Berkebutuhan Khusus

Sebelumnya, karena jumlah siswa yang sedikit akhirnya muncul wacana bahwa sekolah yang sudah berdiri sejak 1989 itu akan dileburkan dengan sekolah lainnya.

"Sementara ini belum ada rencana penggabungan, karena lokasinya tidak memungkinkan untuk pelayanan masyarakat di sana," katanya.

Selanjutnya, tiga pelaku yang berstatus tersangka kini telah diizinkan untuk masuk sekolah dengan pengawasan dan pendampingan hukum jika memang kasusnya berlanjut ke meja hijau.

"Kita dampingi mereka dan sekarang sudah masuk sekolah. Untuk siswi korban CA pada saat saya ke sana masih sekolah seperti biasa, saya belum mendapat info untuk kepindahannya ke sekolah khusus" ujarnya.

Kendati demikian, pihak sekolah saat ini masih melakukan pendalaman soal alasan kepindahan siswa pelaku ke SMP Muhammadiyah Butuh Purworejo .

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com