Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Analisis Ahli soal Fenomena Munculnya Api dari Tanah di NTT

Kompas.com - 17/02/2020, 09:58 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menanggapi fenomena munculnya api yang dari dalam tanah di Desa Sebot, Kecamatan Molo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kasubbid Mitigasi Gunungapi Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Devy Kamil Syahbana, mengatakan, kemunculan api, air panas, gas berbau dan asap adalah fenomena yang umum terjadi dan tidak selalu berkaitan dengan aktivitas gunung api.

Hal ini pun, kata Devy, yang kemungkinan terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Secara geologi, wilayah ini bukanlah lokasi tempat beradanya gunung api aktif holocene.

Baca juga: Api Muncul dari Bekas Longsoran Tanah Hebohkan Warga di NTT

"Artinya, di wilayah ini tidak dikenal aktivitas gunung api setidaknya dalam 11.000 tahun terakhir," kata Devy, saat dihubungi Kompas.com, Senin (17/2/2020).

Di wilayah ini, lanjut Devy, memang salah satunya tersusun oleh batuan vulkanik, namun berasal dari aktivitas gunung purba.

Devy menuturkan, sebelum fenomena ini muncul telah terjadi longsor.

Longsor ini, kata dia, adalah proses pergerakan lapisan tanah penutup yang berada di atas batu lempung, di mana batu lempung ini berperan sebagai bidang gelincir longsor.

Selanjutnya, batu lempung yang bersifat kedap, sebelumnya kemungkinan berada di atas endapan rawa yang kaya akan lapisan organik, yang dapat terubah menjadi gas metana.

"Dengan kata lain, batu lempung ini berperan sebagai cap rock atau perangkap gas metana, sehingga gas metana terakumulasi dalam batuan di bawah batu lempung," kata Devy.

Setelah longsor, batu lempung akan tersingkap dan kemungkinan batu lempung ini mengalami keretakan, sehingga gas metana yang terperangkap di bawahnya naik ke permukaan, lalu mengalami kontak dengan udara di permukaan sehingga terbakar.

Air panas yang keluar, lanjut Devy, dapat berasosiasi dengan struktur geologi (sesar/patahan) di wilayah ini, dan bau belerang bisa berasosiasi dengan gas yang terperangkap tadi.

"Kesimpulannya adalah bahwa fenomena yang terjadi di Timor Tengah Selatan sangat kecil kemungkinan berkaitan dengan aktivitas gunung api, apalagi sampai menghasilkan gunung api yang baru," ujar dia.

Proses pembentukan gunung api, lanjut Devy, tentunya membutuhkan pergerakan magma dari dalam ke permukaan, dan jika itu terjadi maka umumnya akan disertai peningkatan kegempaan yang sangat signifikan di wilayah tersebut.

Namun, faktanya, hingga saat ini, belum dilaporkan adanya peningkatan kegempaan di wilayah tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com