Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Penonaktifan Dosen Unnes yang Diduga Hina Jokowi, Status 8 Bulan Lalu hingga Kasus Plagiarisme

Kompas.com - 17/02/2020, 06:30 WIB
Pythag Kurniati

Editor

Sebab, status itu merupakan status lama, kalimatnya juga dinilai tak mempermasalahkan apapun, apalagi menghina presiden.

Baca juga: Dinonaktifkan karena Dianggap Hina Jokowi, Dosen Unnes Pertanyakan Letak Masalahnya

Kasus plagiarisme

Sucipto Hadi menduga penonaktifan dirinya merupakan buntut dari kasus dugaan plagiarisme karya ilmiah, bukan penghinaan terhadap presiden.

Penonaktifan Sucipto berlaku sejak 12 Februari 2020 hingga turunnya keputusan tetap.

Sucipto mengaku kabar penonaktifan dia peroleh setelah menjadi saksi kasus dugaan plagiarisme.

"Setelah itu tiba-tiba di hari Rabu ada kabar kalau saya diskorsing dari kampus. Dari kampus menyampaikan kepada saya hari Jumat. Saya kaget, ini kenapa ambil langkahnya cepat sekali," katanya.

Menurut dia, pimpinan Unnes pernah melaporkan seseorang ke polisi yang diduga telah mengungkap dugaan plagiarisme yang dilakukan rektor.

Ia menduga, rentetan kejadian itu adalah latar belakang pencopotan dirinya.

Lalu, sejumlah pihak mencari-cari kesalahan, salah satunya melalui unggahan media sosial.

Baca juga: Pengakuan Dosen Unnes yang Diskors Gara-gara Dianggap Hina Jokowi di Facebook

Menulis buku

Ilustrasi menulis.SHUTTERSTOCK Ilustrasi menulis.
Meski meragukan tudingan status penghinaan terhadap Jokowi, Sucipto memilih tetap mengikuti proses tersebut.

Dosen Fakultas Bahasa dan Seni ini akan lebih banyak menulis selama dinonaktifkan dari pekerjaannya.

"Tak pernah ada yang berbekas, kecuali yang dituliskan," kata Sucipto.

Sucipto memang diketahui aktif menulis. Salah satunya berjudul Saridin Mokong, bercerita tentang sosok yang dianggap melakukan perlawanan.

Ia juga mengaku tengah merampungkan penulisan buku terbarunya yang diberi judul 'Menjerat Plagiat'.

"Sekarang masih proses editing. Sumber saya dapatkan dari hasil pemeriksaan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, terutama terkait dengan kasus plagiasi," ujar Sucipto.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor : David Oliver Purba, Michael Hangga Wismabrata, Setyo Puji)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com