Saat sudah menemukan penjual dan perusahaan ekspedisi yang bersedia membawa masker ke Hong Kong, Nurul dan buruh migran lain masih harus waswas.
Pasalnya, mereka masih mungkin jadi korban penipu.
Nurul mengatakan, ada seorang temannya memesan satu paket masker, tapi yang sampai malah kardus.
“Yah begitulah, kami harus bersabar,” ujarnya.
Meski dalam kesulitan, buruh migran Indonesia di Hong Kong masih memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi.
Selain saling berbagi masker, sejumlah komunitas buruh migran juga membuat aksi solidaritas donasi masker melalui media sosial maupun melalui video di YouTube.
Melalui tagar #loveBMIHONGKONG Nurul berharap kesulitan buruh migrant di Hong Kong untuk mendapatkan masker bisa mendapat bantuan dari saudaranya di Indonesia.
“Makanya untuk menekan harga kami minta pemerintah turun tangan,” lanjutnya.
Kelangkaan masker juga membuat kegiatan makan bersama di taman terbuka maupun kegiatan keagamaan seperti pengajian bersama yang dilakukan buruh migrant pada hari libur sepi.
Sulit dan mahalnya mendapatkan masker membuat buruh migran di Hong Kong sangat bersyukur jika ada pihak tertentu yang melakukan kegiatan membagi gratis masker di Konsulat Jenderal Republik Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.