Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Saidi Sebut Tak Ada Kerajaan di Ciamis, Dibantah Budayawan, Bupati Ambil Jalur Hukum

Kompas.com - 15/02/2020, 14:24 WIB
Rachmawati

Editor

Bupati Ciamis akan lapor polisi

Hal senada juga diungkapkan Bupati Ciamis Herdiat Sunarya.

Ia mempertanyakan Ridwan Saidi yang menyebut tak ada kerajaan di Ciamis dan Galuh berarti brutal.

"Dasarnya apa? Kita tidak ujuk-ujuk (tiba-tiba) ada Galuh," kata Herdiat disela aksi unjuk rasa yang memprotes pernyataan Ridwan Saidi, di Alun-alun Ciamis, Jumat (14/2/2020).

"Hasil penelitian, pengkajian ahli, profesor yang meneliti. Barang-barang bukti peninggalan (kerajaan) Galuh ada secara otentik."

Baca juga: Ridwan Saidi Sebut Sriwijaya Kerajaan Fiktif, Budayawan Sumsel Bikin Video Tandingan

Herdiat menegaskan masyarakat Tatar Galuh tidak merasa brutal. Dia justru merasa bangga dengan nama Galuh.

"Saya bangga pin (bertuliskan) Galuh tiap hari saya pakai. Bangga sebagai masyarakat Tatar Galuh Ciamis yang pernah punya kejayaan, masa keemasan. Maka kita ingin bangkitkan semangat Galuh," jelas Herdiat

Untuk menyelesaikan persoalan ini, Herdiat mengancam akan membawanya ke ranah hukum. Dia akan melaporkan hal ini ke polisi jika tak ada klarifikasi dari Ridwan Saidi.

"Kita tak boleh brutal, tapi tuntut secara hukum. Setuju semua ya," kata Herdiat kepada massa aksi.

Baca juga: Ditantang ke Ciamis, Ridwan Saidi: Saya Akan Datang jika Diundang

Ridwan Saidi minta maaf tapi tak cabut pernyataan

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno bersama budayawan Betawi Ridwan Saidi di rumah dinas wagub, Jalan Denpasar, Sabtu (30/12/2017). KOMPAS.com/JESSI CARINA Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno bersama budayawan Betawi Ridwan Saidi di rumah dinas wagub, Jalan Denpasar, Sabtu (30/12/2017).
Budayawan Betawai, Ridwan Saidi, menyampaikan permintaan maafnya kepada budayawan dan seluruh warga Ciamis atas pernyataannya.

“Saya minta maaf sebesar besarnya telah membuat kegaduhan,” kata dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (14/2/2020).

Namun walau sudah meminta maaf, dia tidak bisa menarik ucapanya tersebut terkait “galuh” yang disebutnya berarti brutal.

Menurutnya dahulu masyarakat ras kaukasia (ras kulit puti) yang tinggal bersama pribumi kerap menggunakan bahasa Armenia. Pada masa itulah, masyarakat pribumi akrab dengan istilah Galuh yang berarti brutal.

Baca juga: Diprotes Warga Ciamis, Ridwan Saidi Tetap Keukeuh Arti Galuh adalah Brutal

Namun berjalannya waktu, penduduk lokal saat itu salah mengartikan istilah 'galuh'. Kesalah pahaman arti terjadi hingga saat ini.

“Jadi istilah Galuh itu memang ada kamusnya. Saya meminta maaf karena sudah meresahkan. Tapi saya tidak bisa mengubah kamus Armenia,” ucap dia.

Pria yang akrab dipanggil Babe itu mengaku siap datang ke Ciamis untuk menjelaskan dengan detail sejarah tersebut jika diundang.

“Tapi undangannya belum disampein. Ya saya datang dong kalau dapet undangan. Apa transport saya bayar sendiri? Nginep saya bayar sendiri atau gimana?” ujar dia.

Baca juga: Raden Fatah Disebut Yahudi, Warga Demak Demo Tuntut Ridwan Saidi Minta Maaf

Terkait rencana dilaporkan polisi, Ridwan Saidi mengatakan setiap orang berhak membuat laporan ke polisi.

“Itu kan hak masing-masing (untuk melaporkan ke polisi). Saya hanya masyarakat Indonesia yang tidak punya pangkat apa–apa, hanya keinginan saya merekonstruksi sejarah Indonesia, itu saja,” kata dia

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Candra Nugraha, Walda Marison | Editor: Aprillia Ika, Sabrina Asril)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com