Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan 238 WNI dari China, Sempat Ditolak hingga Tiba Waktu Kepulangan

Kompas.com - 15/02/2020, 09:31 WIB
Hadi Maulana,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

NATUNA, KOMPAS.com – Hari ini, Sabtu (15/2/2020), adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh 285 warga yang dikarantina di Natuna.

Tepat pada pukul 12.00 WIB, proses observasi dan karantina ratusan warga Indonesia yang dipulangkan dari Wuhan, China, tersebut akan berakhir.

Observasi dan karantina itu untuk mengantisipasi virus corona yang sedang mewabah di China.

Baca juga: Khofifah Tak Siapkan Penyambutan 65 Warga Jatim dari Natuna, Ini Alasannya

Semua WNI akan dipulangkan dari Hanggar Lanud Raden Sadjad Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri).

Rinciannya ada 238 warga dan 47 orang kru penjemput, sehingga total yang dipulangkan sebanyak 285 orang.

Pada Sabtu pagi, sejumlah WNI di lokasi karantina masih ada yang terlihat berkemas-kemas, merapikan pakaian mereka dan memastikan bahwa semuanya tidak tertinggal di lokasi karantina di Hanggar Labnud Raden Sadjad Ranai.

Berdasarkan jadwal yang ditetapkan pemerintah, masa observasi berlangsung 14 hari hingga hari ini.

Terlihat sejumlah sarana dan prasarana pendukung untuk proses pemulangan juga sudah bersiap.

Baca juga: Melihat Persiapan Kepulangan 238 WNI yang Dikarantina di Natuna

Sempat ditolak warga

Waktu dua pekan bukan waktu yang singkat bagi 238 WNI dari Wuhan ini yang menjalani masa observasi dan karantina di Natuna.

Bahkan, di awal kedatangan, mereka sempat ditolak oleh warga sekitar dan diminta agar proses karantina tidak dilakukan di pulau terdepan ujung utara Indonesia ini.

Kehadiran mereka dikhawatirkan akan malah memabawa virus mematikan yang sudah menular ke ribuan orang di China.

Namun, misi kemanusiaan yang dilakukan pemerintah terus berjalan, hingga akhirnya mereka berhasil ditempatkan di Natuna untuk menjalankan masa observasi dan karantina selama 14 hari sejak Minggu (2/2/2/2020).

Teguran untuk Bupati

Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna meliburkan sekolah mulai dari 3 Februari hingga 17 Februari 2020. Hal ini dilakukan agar anak-anak yang sangat rentan dengan penyebaran virus bisa terhindar dari virus corona.

"Setidaknya, dengan libur sekolah, anak-anak bisa tetap berada di rumah untuk menghindari bahaya dari virus corona tersebut," kata Sekretaris Daerah Natuna Wan Siswandi saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Minggu (2/2/2020).

Baca juga: Pemulangan Warga yang Dikarantina di Natuna Dijadwalkan Sabtu dan Minggu

Namun, kebijakan ini tidak berlangsung lama. Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Otonomi Daerah mengeluarkan surat teguran yang ditujukan kepada Bupati Natuna.

Mendagri menyatakan bahwa Kabupaten Natuna sebagai tempat karantina WNI dari Provinsi Wuhan, China adalah kebijakan pemerintah pusat.

Kedua, Mendagri menilai, kebijakan meliburkan sekolah hanya akan menghambat proses belajar secara menyeluruh.

Mendagri meminta Bupati untuk segera mencabut surat edaran tersebut.

Warga mengungsi hingga nyaris gagal menikah

Polemik bagi proses karantina dan observasi WNI tersebut belum selesai. Sebagian masyakat Ranai, khususnya masyarakat Desa Kota Tua Penagih yang lokasinya hanya berjarak 1,3 kilometer dari lokasi karantina memilih untuk mengungsi.

Kegiatan observasi dan karantina ini menyebabkan ada satu pasangan di Penagih yang nyaris gagal menikah, yakni Solihin (21) dan Parmita (20).

Pernikahan mereka yang seharusnya dilaksanakan Kamis (6/2/2020), mendadak dimajukan menjadi Senin (3/2/2020).

Namun, hal itu hanya sebatas ijab kabul saja, sementara resepsinya sampai saat ini belum diketahui kapan akan dilaksanakan.

Solihin dan istrinya sempat merasa terpukul, karena seluruh undangan sudah disebar.

Bahkan, keperluan untuk makanan dan segala persiapan sudah selesai dilakukan.

Acara resepsi ditunda lantaran masyarakat khawatir terhadap keberadaan ratusan WNI yang dikarantina untuk mengantisipasi virus corona.

Mulai diterima masyarakat

Kendati demikian, sepekan sejak masa karantina dan observasi dilakukan, masyarakat Ranai mulai paham mengenai kebijakan dan antisipasi dari pemerintah.

Masyarakat yang mengungsi juga perlahan mulai kembali ke tempat tinggal mereka masing-masing.

Suasana di Ranai mulai kondusif. Meski demikian, pemerintah pusat terus melakukan sosialisasi untuk mengobati trauma masyarakat Ranai, Natuna.

Pemerintah mendirikan 16 posko kesehatan hingga menggelar kegiatan keagamaan seperti doa bersama untuk kemajuan Natuna.

Senam dan jalan sehat serta bakti sosial pemberian bahan pokok dilakukan untuk masyarakat Penagih dan Pering.

Bahkan, dengan berakhirnya masa karantina, sebagian masyarakat Desa Kota Tua Penagih berharap mereka bisa bersilaturahim dengan 238 WNI yang dikarantina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com