Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mencatat, ada peningkatan kasus DBD hingga dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Pada awal tahun 2020 ini, dinas menemukan 55 kasus DBD dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak satu orang.
Peralihan musim kemarau ke hujan menjadi penyebab maraknya DBD.
"Dari kemarau ke musim hujan, banyak masyarakat tak menyadari genangan air menjadi sarang nyamuk," ungkap Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Tasikmalaya, Suryaningsih.
Dinas pun memberlakukan program satu rumah satu jumantik.
Pihak puskesmas juga diminta menyebar ikan cupang di tiap rumah.
"Ikan cupang itu memakan jentik nyamuk di bak mandi atau genangan air tiap rumah warga," katanya.
Baca juga: Hanya Diberi Obat Turun Panas, Penderita DBD di Jambi Meninggal Dunia
Dua warga Jambi meninggal karena terjangkit DBD.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Jambi, Nur Indrayeti mengatakan, penanganan kurang tepat waktu menjadi salah satu faktor.
"Salah satu penyebab meninggalnya pasien yang terjangkit DBD adalah warga kueang sigap mengatasi dan mengantisipasinya," kata Nur, seperti dikutip dari Antara.
Penderita DBD yang meninggal dunia sebenarnya sudah menunjukkan gejala berupa demam selama beberapa hari.
Namun, orangtua tidak segera membawa mereka ke rumah sakit. Mereka mengatasi sendiri dengan obat penurun panas.
Dinkes Jambi mencatat ada 233 kasus DBD selama dua bulan terakhir, dua di antaranya meninggal dunia.
Baca juga: INFOGRAFIK: Cara Pencegahan dan Mengobati Demam Berdarah Dengue (DBD)
Meski angka tersebut mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya namun pemerintah menetapkan status waspada.