Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah DBD Mewabah, Pramuka Dilibatkan Menggalakkan PSN di Jombang

Kompas.com - 12/02/2020, 16:04 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menetapkan status waspada dalam penanggulangan dan penanganan virus demam berdarah dengue (DBD).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang Jawa Timur, Wahyu Sri Harini mengungkapkan, temuan kasus DBD pada awal tahun ini cukup tinggi meski angkanya lebih rendah dibandingkan 2019.

Disebutkan Wahyu, sepanjang Januari 2019, jumlah kasus DBD tercatat 123 kasus. Secara akumulatif, jumlah kasus DBD selama 2019 sebanyak 344 kasus.

Baca juga: Kasus DBD di NTT Menjadi 1.173 Temuan, Kabupaten Sikka Masih Tertinggi

Sedangkan pada Januari 2020, tercatat ada 21 orang positif terkena DBD. Dari jumlah itu, satu orang meninggal dunia pada akhir Januari.

Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan Pemkab Jombang, selama Januari hingga awal Februari 2020, jumlah penderita DBD sebanyak 31 orang.

"Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, relatif ada penurunan," kata Wahyu saat ditemui Kompas.com di Kantornya, Rabu (12/2/2020).

Menurut Wahyu, meski jumlah kasus DBD relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu, Pemkab Jombang tetap serius menghadapi kasus DBD.

Saat ini, lanjut dia, Pemkab Jombang telah menetapkan status waspada dalam penanggulangan dan penanganan demam berdarah dengue (DBD).

Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) digalakkan sejak musim hujan datang agar DBD tak mewabah.

"Terkait penanganan DBD, sejak awal kita berusaha agar PSN menjadi budaya di masyarakat. Itu cara yang efektif," ujar Wahyu.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, Gatut Wijaya mengatakan, gerakan pemberantasan sarang nyamuk tidak hanya melibatkan tenaga medis dan pegawai di lingkungan Dinas Kesehatan.

Seluruh unsur masyarakat dilibatkan mencegah perkembangan nyamuk aedes aegypti sejak memasuki musim hujan.

"Semua kita libatkan. Terakhir kami melibatkan anak-anak Pramuka dari Satuan Karya Bhakti Husada untuk ikut melakukan PSN," kata Gatut Wijaya.

Menurut Gatut, para anggota pramuka memiliki peran strategis menggalakkan PSN, baik di lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, maupun rumah masing-masing.

"Jadi selain di sekolah, mereka juga bergerak dan mengajak melakukan PSN di rumah masing-masing dan lingkungannya," ujar dia.

Gatut menambahkan, dibanding periode bulan yang sama pada tahun lalu, terjadi peningkatan angka bebas jentik di seluruh wilayah Kabupaten Jombang.

"Tahun lalu angka bebas jentik 87 persen, sedangkan untuk sekarang ini angka bebas jentik 89 persen. Naik 2 persen," ungkap dia.

Kenali Gejala

Sementara itu, Direktur RSUD Jombang Pudji Umbaran meminta masyarakat merespon cepat jika menemukan gejala awal demam berdarah dengue (DBD).

Gejala demam berdarah, ungkap Pudji, salah satunya dapat dikenali dengan suhu panas atau demam dalam rentang waktu 2 - 3 hari.

Pudji tidak mengungkap berapa batas suhu panas yang wajib diwaspadai sebagai gejala awal seseorang telah terinfeksi demam berdarah.

Namun, beber dia, suhu panas atau demam bisa mencapai 40 derajat celcius dan tidak turun meski sudah diobati.

"Kalau panas teratur, tidak turun meski diobati dan pada hari ketiga atau keempat tiba-tiba suhunya turun atau dingin, maka itu fase yang wajib diwaspadai. Segera saja dibawa tempat pemeriksaan," kata Pudji.

Menurut Pudji, DBD bisa menyebabkan kematian jika terlambat ditangani. Selain demam, penderita DBD juga mengalami gejala lain seperti mual, muntah, sakit kepala dan sakit tenggorokan.

Baca juga: Rusuh di Rutan Kabanjahe, Polisi dan Anggota TNI Evakuasi Tahanan

 

Berikutnya, ada gejala muncul bintik-bintik kemerahan di kulit, nyeri otot, serta nyeri tulang dan sendi.

"Patokannya, tiba-tiba panas dan panasnya teratur selama 2-3 hari. Setelah 3 hari panas yang teratur itu tiba-tiba turun, maka segera bawa ke rumah sakit. Tidak usah ke Puskesmas, langsung ke rumah sakit," kata Pudji. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com