Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Prianggono, Mantan Preman Tinggalkan Dunia Hitam untuk Dirikan Panti Asuhan

Kompas.com - 11/02/2020, 06:20 WIB
Wijaya Kusuma,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Dari sana juga ia kenal dengan komunitas Islam.

Semenjak itulah, Prianggono rajin beribadah. Hingga ia mempunyai keinginan untuk mendirikan panti asuhan.

"Waktu itu mimpi saya itu saya buat di kos-kosan, di kos saya gambar panti asuhan. Alhamdulillah dalam waktu satu tahun dua bulan terlaksana," ucapnya.

Alasan mendirikan panti asuhan karena Prianggono ingin bisa bermanfaat bagi orang lain, terutama bagi anak-anak yatim dan kaum duafa.

Ia pernah mendengar bahwa orang yang mengurus anak yatim akan berdampingan dengan Nabi Muhammad SAW.

Harapannya, ia bisa membayar dosa-dosa yang telah dia buat pada masa lalu.

Panti asuhan

Panti asuhan dirintisnya tahun 2013. Saat itu panti masih berlokasi di rumah mertuanya.

Seiring berjalanya waktu, tahun 2015, Prianggono memulai membangun panti asuhan di atas tanah yang dibelinya.

"Saya rintis panti asuhan di rumah mertua, ada delapan anak waktu itu. Lalu saya membeli tanahnya simbah. Saya cicil ke anaknya satu-satu," ujar Prianggono.

Saat itu ada 21 anak yang ada di panti asuhannya, mulai dari balita hingga SMA.

Secara mandiri, ia menghidupi anak-anak di panti asuhan itu.

Selama enam tahun Prianggono menjalankan panti asuhan tanpa mengajukan proposal ke mana pun.

Meski diakuinya, banyak orang yang datang ke panti asuhan untuk bersedekah.

"Enam tahun berjalan panti asuhan tanpa proposal, tanpa meminta-minta. Kita doanya minta didatangkan dan dipertemukan, alhamdulillah cukup," ujarnya.

Prianggono saat ini sedang merintis ekonomi panti asuhan, salah satunya dengan membuka warung Kongsuu di Desa Widodomartani, Sleman.

Selain warung, Prianggono juga memelihara kambing dan ikan.

"Ya untuk operasional panti. Pelan-pelan kita merintis ekonomi panti asuhan," ucap Prianggono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com