Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai Punah, Tradisi Kuping Panjang Simbol Kecantikan Perempuan Dayak

Kompas.com - 09/02/2020, 18:30 WIB
Zakarias Demon Daton,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Tradisi memanjangkan kuping bagi perempuan Suku Dayak di Kalimantan Timur adalah simbol kecantikan. Semakin panjang kuping seorang perempuan dayak, maka ia semakin cantik.

Sayangnya, tradisi kuping panjang ini perlahan punah. Mayoritas perempuan Dayak kini mulai meninggalkan kuping panjang seiring perkembangan zaman.

Kini perempuan Dayak generasi milenial tak lagi menggunakan tradisi ini.

Kompas.com menemui dua perempuan Dayak Bahau asal Kampung Long Isun, Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, yang masih mempertahankan tradisi ini pekan lalu.

Keduanya adalah Tipung Ping (69) dan Kristina Yeq Lawing (71).

Baca juga: Generasi Terakhir Perempuan Dayak Berkuping Panjang

Sebagai generasi angkatan 1950-an, dua nenek ini masih memegang teguh tradisi kuping panjang sebagai simbol kecantikan.

"Mama saya bikin lubang sejak usia tiga tahun. Semakin usai bertambah, anting diperbanyak di telinga," kata Kristina Yeq Lawing saat ditemui Kompas.com di Samarinda, Rabu (5/2/2020).

Kristina mengaku telinganya dilubangi oleh ibunya dengan kayu.

Setelah cupingnya ditusuk, baru diikat kain hitam. Setelah sembuh, lalu diberi anting. Awalnya satu, kemudian ditambah dua, tiga dan seterusnya.

Lama kelamaan anting yang dipasang terus bertambah hingga Kristina menginjak usai 71 tahun. Total anting yang terbuat dari logam putih itu sudah digunakan lebih dari puluhan buah.

Sejak awal pakai dipakai, sampai sekarang anting itu tidak pernah dilepas. Awalnya, Kristina mengaku sempat terganggu oleh anting itu, terutama ketika ia sedang tidur. Namun lama kelamaan menjadi terbiasa.

Bahkan, ia bisa bebas berburu meski telinganya panjang.

"Anting ini tidak karat. Orangtua saya ambil dari Sarawak, Malaysia," kata perempuan kelahiran 1949 ini.

Tradisi yang mulai punah

Daerah Long Pahangai berdekatan dengan Sarawak, Malaysia. Orang Dayak di wilayah itu sering pergi ke Sarawak melewati sungai dan perbukitan.

Di era Kristina, rata-rata perempuan Dayak di wilayah itu memiliki cuping telinga panjang dengan puluhan anting. Namun, tradisi ini kini ditinggalkan.

Sejak era 1970-an penggunaan anting panjang terus berkurang hingga kini.

Data Yayasan Telinga Panjang menyebutkan, total perempuan Dayak yang kini memiliki cuping telinga panjang tak lebih dari 100 orang di Kaltim.

Sebanyak 60 persen di antaranya berada di Kabupaten Mahakam Ulu, termasuk kedua nenek ini.

"Sekarang tidak ada lagi. Hanya kami dua saja yang punya," sambung Tipung Ping.

Simbol kecantikan

Kata keduanya, cuping telinga panjang menurut kepercayaan perempuan Dayak adalah simbol kecantikan. 

"Supaya lebih cantik. Zaman dulu semakin panjang cuping telinga, semakin cantik," sebut keduanya.

Kristina dan Tipung mengaku sudah sering kali membujuk cucu-cucunya untuk memanjangkan cuping dengan menggunakan anting besar. Namun mereka menolak. Alasannya, zaman sudah modern, dan mereka malu memakai cuping telinga panjang.

"Saya suka bujuk cucu tapi mereka enggak mau bikin. Bilangnya, sudah modern," kata Kristina.

Bukan hanya perempuan, laki-laki juga sebenarnya punya tradisi cuping telinga panjang. Hanya, cuping telinga laki-laki tak sepanjang perempuan.

"Maknanya sama. Laki-laki akan terlibat lebih gagah jika telinga panjang," kata Kristina.

Kepunahan tradisi ini bukan hanya karena ditinggalkan perempuan generasi milenial. Tapi juga kampanye tim kesehatan di kecamatan dan kelurahan setempat yang menyebutkan bahwa memakai banyak anting di cuping tidak bagus untuk kesehatan.

Pada tahun 1980-an, Kristina dan Tipung pernah diminta mantri untuk memotong telinga panjang karena alasan kesehatan dan memudahkan beraktivitas.

Baca juga: Kisah Garam Gunung Dayak Lundayeh di Krayan Kalimantan Utara

Tapi saat itu, keduanya menolak tawaran itu.

Di Kampung Long Isun, hanya kedua perempuan Dayak ini yang masih mempertahankan tradisi cuping panjang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com