Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belasan Komunitas Seni Suarakan Tolak Tambang Emas di Aceh Tengah

Kompas.com - 09/02/2020, 07:55 WIB
Kontributor Takengon, Iwan Bahagia ,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

TAKENGON, KOMPAS.com - Tugu Aman Dimot yang berada di depan Kantor Bupati Aceh Tengah, Aceh, menjadi saksi penampilan belasan komunitas seni mengekspresikan penolakan mereka terhadap rencana kehadiran tambang emas di daerah itu, Sabtu (8/2/2020) malam.

Aman Dimot adalah nama seorang pahlawan kemerdekaan yang menurut catatan sejarah di Dataran Tinggi Gayo berani tampil bergerilya dan perang terbuka.

Tubuh pria pemberani ini disebut-sebut kebal akan peluru yang ditembakkan oleh Belanda saat perang terjadi.

Baca juga: Polisi Tutup 23 Lubang Tambang Emas Ilegal di Gunung Pongkor Bogor

Belasan komunitas seni tampil dalam Lomba Musikalisasi Puisi bertajuk "Tolak Tambang" yang digelar oleh Lembaga Seni Mahasiswa Islam (LSMI) HMI Cabang Takengon.

Ketua Panitia Deni Kurniawan menjelaskan, ada 13 komunitas seni tampil pada kegiatan itu.

"Ada 13 komunitas yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan umum. Ini bisa dibilang kegiatan akbar pertama dengan panggung utama di Tugu Aman Dimot," ujar Deni di lokasi, Sabtu.

Ia menjelaskan, musikalisasi puisi adalah kegiatan yang beberapa tahun ini jarang dilakukan di Takengon, sehingga tidak banyak komunitas yang punya kesempatan berekspresi.

Ketua HMI Cabang Takengon Suyanto menyampaikan, sebelumnya aksi penolakan kehadiran tambang emas sudah ditolak oleh ratusan mahasiswa dari berbagai kampus di daerah itu dengan sejumlah aksi maupun audiensi yang melibatkan pemerintah.

Namun, suara penolakan tersebut dianggap masih terus perlu disampaikan.

"Sikap HMI jelas menolak kehadiran perusahaan tambang emas di Tanah Gayo, karena bukan harus tambang menjadi solusi kemakmuran rakyat," sebutnya.

Pemerintah daerah dianggap harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Linge, Aceh Tengah.

Daerah ini rencananya masuk ke dalam kawasan eksplorasi tambang emas oleh perusahaan bernama PT Linge Mineral Resources (LMR).

"Masih ada APBN, APBA dan APBK serta sumber lain yang perlu dijemput untuk membantu tanah Linge. Kenapa harus tambang? Apa kalau perusahaan tambang itu tidak hadir, akses jalan ke Kampung Linge, Delung, Pertik yang sampai saat ini belum bagus bagus akan diperbaiki?" ucap Suyanto.

Baca juga: Dituding Penyebab Banjir Bandang Lebak, Polisi Buru Pemilik Tambang Emas Ilegal di Gunung Halimun Salak

Sikap penolakan terhadap kehadiran perusahaan tambang emas, ujar Suyanto, adalah sikap HMI secara kelembagaan.

Sebab, pemerintah pusat sampai kabupaten belum bersikap terhadap rencana penambangan di Aceh Tengah.

Belum lagi adanya upaya pembentukan opini pro dan kontra antar masyarakat di daerah itu, sehingga berpotensi menganggu stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Kalau sampai ada konflik antar pendukung dan penolak tambang, itu tanggung jawab dari pemerintah. Kami sudah ingatkan potensi-potensi dampak negatif tambang, persis seperti sejumlah daerah lain di Indonesia," ujar Suyanto.

Suyanto berharap agar masyarakat tetap mendorong pembangunan yang berkesinambungan dari pemerintah untuk mendukung kesejahteraan.

Tentunya dengan mengedepankan pembangunan di kawasan pedalaman, agar masyarakat terbebas dari kemiskinan dan ketertinggalan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com