Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru Beberapa Hari Jadi Pengemudi Ojol, Pria di Yogyakarta Disabet Samurai Orang Tak Dikenal

Kompas.com - 07/02/2020, 09:23 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Seorang pengemudi ojek online di Yogyakarta, Pendiyanto (24) menjadi korban klitih, Senin (3/2/2020) dini hari sepulang kerja.

Padahal, warga Padukuhan Dondong, Desa Jetis, Kecamatan Saptosari, Gunungkidul tersebut baru beberapa hari bekerja sebagai pengemudi ojek online.

Akibat peristiwa tersebut, Pendiyanto harus mendapatkan 17 jahitan lantaran luka sabetan samurai oleh orang tak dikenal.

"Tulang atas saya juga retak karena tersabet pedang itu," ungkapnya, Kamis (6/2/2020).

Baca juga: Sosiolog UGM: Pelaku Klitih Akan Bangga Aksinya Viral dan Dipublikasikan

Kronologi

Ojek online menggunakna GPS pada ponsel saat berkendara mengantar dan menjemput penumpang. Ojek online menggunakna GPS pada ponsel saat berkendara mengantar dan menjemput penumpang.
Peristiwa klitih yang menimpa Pendiyanto terjadi pada Senin (3/2/2020) dini hari.

Saat itu Pendiyanto dalam perjalanan pulang setelah seharian bekerja mengantar penumpang.

Pendiyanto pulang bersama dengan dua orang temannya.

Saat melintas di sekitaran Kabupaten Sleman, tiba-tiba seorang pengemudi motor melaju ke arahnya.

Pengemudi tersebut lalu mengayunkan samurai ke arah lengan kanan Pendiyanto.

Ia jatuh, sedangkan pelaku yang tak diketahui identitasnya itu kabur.
Oleh teman-temannya, Pediyanto dilarikan ke rumah sakit.

Baca juga: Mengaku Ingin Basmi Klitih, Pemuda Ini Justru Aniaya Remaja di Jalan

Butuh biaya

IlustrasiShutterstock Ilustrasi
Lantaran luka akibat kriminalitas tidak ditanggung oleh BPJS, Pendiyanto harus merogoh uang pribadi untuk pengobatannya.

Padahal, dirinya baru beberapa hari bekerja sebagai pengemudi ojol.

"Selama ini sudah menghabiskan Rp2,5 juta dengan uang pribadi," kata Kepala Dukuh Dondong Wagirin.

Keluarga Pendiyanto memang tak ingin memperpanjang kasus dan mengaku telah memaafkan pelaku. Hanya saja mereka membutuhkan biaya untuk berobat.

Terlebih, setiap tiga hari sekali, Pendiyanto harus mengontrolkan lukanya.

Sebagai korban klitih, keluarga Pendiyanto berharap agar kejadian ini adalah yang terakhir terjadi.

Mereka ingin agar Yogyakarta kembali menjadi kota yang aman dan tentram.

Baca juga: Tips untuk Wisatawan agar Terhindar dari Klitih Saat di Yogyakarta

Driver ojol cemas

Ilustrasi ojek online, tarif baru ojek onlineShutterstock Ilustrasi ojek online, tarif baru ojek online
Klitih yang beberapa waktu belakangan kembali marak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menuai keresahan di kalangan pengemudi ojek online.

Pasalnya dalam sepekan terakhir, sedikitnya tiga pengemudi ojek online menjadi korban klitih.

Salah satu pengemudi ojek online yang merasa resah adalah Andika.

"Ini menjadi ancaman bagi keselamatan kami, kami ini tidak tahu apa-apa namun tahu-tahu kena imbasnya," ungkap dia.

Andika mengakui, sejak kejadian pengemudi ojek online menjadi korban klitih, ketakutan meliputinya ketika pulang kerja.

"Kalau takut ya jelas, karena kerja juga buat keluarga dan keluarga menanti di rumah dengan harapan selamat," ujarnya.

Ketua Komunitas Antar-Ojek Online Yogyakarta Adi Setyawan mendesak polisi segera bertindak.

"Kami minta jajaran kepolisian lebih serisu dalam penanganan klitih di Yogyakarta. Kami ini ibaratnya tidak tahu apa-apa, tiba-tiba jadi korban," kata Adi seperti dilansir dari Antara.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief), Antara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com