Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Lab Ungkap Ratusan Babi di Bali Mati akibat Virus Demam Babi Afrika

Kompas.com - 05/02/2020, 14:26 WIB
Kontributor Bali, Robinson Gamar,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan, matinya ratusan babi di Bali disebabkan africa swine fever (ASF) atau demam babi Afrika.

Sebelumnya, sampel darah babi yang mati tersebut dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, sebelum diteruskan ke BBVet medan.

Dari hasil uji lab diketahui penyebab kematian ratusan babi ada virus afrika.

Baca juga: Penyebab Kematian Ratusan Babi di Bali Menyerupai Virus Afrika

 

"Ya ya, ASF penyebabnya. Semua yang 800-an itu," kata Wisnuardhana, saat dihubungi, Rabu (5/2/2020).

Menurut data yang dihimpun tercatat 888 kematian babi milik warga selama kirin waktu akhir Desember 2019 sampai dengan akhir Januari 2020.

Dari 9 Kabupaten Kota, hanya 3 wilayah yang nihil kasus yaitu Kabupaten yaitu Buleleng, Jembrana dan Klungkung.

Sedangkan kabupaten lainnya mengalami kejadian babi mati sengan rincian Badung 598 ekor, Bangli 1 ekor, Denpasar 45 ekor, Gianyar 24 ekor, Karangasem 1 ekor dan Tabanan 219 ekor.

Namun, Wisnuardhana enggan menjelaskan soal langkah penanganan selanjutnya.

"Nanti dulu ya, masih mau rapat dulu ini," ujar dia.

Baca juga: Kurun 3 Pekan, 357 Ekor Babi Mati Misterius di Bali

Sebelumnya Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veterine, Dinas Pertanian dan ketahanan pangan Provinsi Bali, I Ketut Gede Nata Kesuma mengatakan, babi yang mati di Bali menunjukan gejala klinis terserangan virus afrika.

Gejala dimaksud adalah demam tinggi hingga 40 derajat, kulit kemerahan terutama pada bagian daun telinga, kadang ada diare, dan kematian hampir 80-100 persen pada setiap kandang.

"Kalau dilihat dari ciri fisik di lapangan menyerupai virus afrika," kata Nata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com