Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosiolog UGM: Pelaku Klitih Akan Bangga Aksinya Viral dan Dipublikasikan

Kompas.com - 05/02/2020, 13:16 WIB
Wijaya Kusuma,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu marak terjadi aksi klitih atau tindak kekerasan di Yogyakarta.

Bahkan jagat dunia maya, khususnya Twitter, diramaikan oleh tanda pagar (tagar) #DIYdaruratklitih.

Setidaknya ada lebih dari 30.000 twit dengan tanda pagar (tagar) #DIYdaruratklitih hingga Selasa (4/2/2020) sekitar pukul 08.00 WIB.

Baca juga: Marak Klitih di DIY, Ojol: Tak Tahu Apa-apa, Tiba-tiba Jadi Korban...

Sosiolog Kriminalitas dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto mengatakan, pelaku kejahatan jalanan atau "klitih" akan bangga ketika aksinya dipublikasikan atau menjadi viral.

Sebab salah satu motivasi melakukan aksi tersebut untuk menunjukan eksistensi kelompoknya.

"Yang kedua bermotivasi untuk unjuk diri, bukan individual tetapi unjuk diri kelompok," ujar Soeprapto saat dihubungi, Rabu (5/2/2020).

Apalagi ketika aksi kejahatan yang dilakukan itu menjadi viral.

Mereka akan merasa bahwa tujuanya telah tercapai.

"Di kalangan mereka dia (pelaku) akan dianggap sangat berjasa," tegasnya.

Soeprapto menyarankan andikata ingin menyampaikan sesuatu harus berdasarkan data yang ada.

Baca juga: Iseng Sebarkan Video Hoaks Korban Klitih, Driver Ojek Online Ditangkap Polisi

Jangan langsung percaya dengan informasi yang datang.

"Kita ini harus memiliki daya saring," ujar Soprapto.

Aksi "klitih" muncul kembali biasanya karena ada kelompok yang melakukan rekrutmen anggota baru.

Pengertian klitih

Mengutip Harian Kompas, 18 Desember 2016, dalam Kamus Bahasa Jawa SA Mangunsuwito, kata klithih tidak berdiri tunggal, tetapi merupakan kata ulang, yaitu klithah-klithih.

Kata klithah-klithih itu dimaknai sebagai berjalan bolak-balik agak kebingungan.

Sama sekali tidak ada unsur kegiatan negatif di sana.

Diberitakan Kompas.com (14/1/2020), melalui pakar bahasa Jawa sekaligus Guru Besar Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Pranowo, klithah diartikan sebagai keluyuran yang tak menentu atau tak jelas arah.

Klithah-klithih tergolong dalam kategori dwilingga salin suara atau kata ulang berubah bunyi, seperti mondar-mandir dan pontang-panting.

"Dulu, kata klithah-klithih sama sekali tidak ada unsur negatif, tapi sekarang dipakai untuk menunjuk aksi-aksi kekerasan dan kriminalitas. Katanya pun hanya dipakai sebagian, menjadi klithih atau nglithih yang maknanya cenderung negatif," kata Pranowo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com