Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Klitih, Kriminalitas Jalanan yang Libatkan Remaja di Yogyakarta

Kompas.com - 05/02/2020, 06:17 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Kamis (9/1/2020), Fatur Nizar Rakadio (16) meninggal setelah menjadi korban klitih di daerah Selopamioro, Imogiri, Bantul pada Desember 2019 lalu.

Nyawa warga Trimulyo, Kecamatan Jetis, Bantul tak bisa diselamatkan setelah sempat menjalani perawatan medis.

Selain Fatur, korban klitih lainnya adalah Afrizal (16) warga Dusun Kedon, Desa Pasuruhan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

Nyawa Afrizal berhasil diselamatkan setelah dianiaya oleh Bintang Surya (24) dan Adhe M Aji (24) pada Rabu (26/6/2019) malam.

Baca juga: Iseng Sebarkan Video Hoaks Korban Klitih, Driver Ojek Online Ditangkap Polisi

Afrizal dibacok menggunakan senjata tajam sebanyak empat kali yang mengenai punggung dan lengannya saat akan membeli pulsa di Jalan Soekarno -Hatta, Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan.

Kapolres Magelang AKBP Yudianto Adhi Nugroho mengatakan kasus tersebut tak ada kaitannya dengan kejadian serupa yang sedang marak di kawasan Yogyakarta.

Ia menyebut, pelaku Bintang sengaja membacok untuk menguasai ponsel milik Afrizal.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Apa Itu Klitih

Sementara itu pada 7 Desember 2018, IR yang sedang mengendarai mobil pikap bersama istrinya hampir diserang oleh dua remaja "klitih" saat melintas di wilayah Mlati, Sleman.

IR kemudian berinisiatif mengejar dua remaja tersebut. Dan saat melintas di Jalan Kebun Agung, Seyegan, Sleman, mobil yang dikemudian IR menabrak motor yang dikendarai dua remaja tersebut hingga tewas. Dari hasil pemeriksaan, dua remaja tersebut berinsial R dan A.

Akibat kejadian tersebut, IR ditetapkan sebagai tersangka setelah menerima laporan dari orangtua remaja yang meninggal.

Baca juga: #DIYdaruratklitih Ramai di Twitter, Apa Itu Klitih?

Arti klitih

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com pada 14 Januari 2020 kata klitih adalah bentuk kata ulang yaitu klitah-klitih yang bermakna jalan bolak-balik agak kebingungan.

Hal tersebut berdasarkan Kamus Bahasa Jawa SA Mangunsuwito yang dijelaskan di Harian Kompas pada 18 Desember 2016.

Pranowo pakar bahasa Jawa sekaligus Guru Besar Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta menjelaskan bahwa klithah-klithih masuk kategori dwilingga salin suara atau kata ulang berubah bunyi seperti pontang-panting dan mondar-mandir.

Namun ia mengartikan klithah sebagai keluyuran yang tak jelas arah.

”Dulu, kata klithah-klithih sama sekali tidak ada unsur negatif, tapi sekarang dipakai untuk menunjuk aksi-aksi kekerasan dan kriminalitas. Katanya pun hanya dipakai sebagian, menjadi klithih atau nglithih yang maknanya cenderung negatif,” kata Pranowo.

KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Beberapa senjata tajam yang berhasil diamankan Polresta Yogyakarta dari para pelaku Klitih dijalan Kenari, Kota Yogyakarta KOMPAS.com / Wijaya Kusuma
Muncul tahun 1990-an

Istilah klitih marak di pemberitaan media sekitar tahun 2016.

Saat itu tercatat ada 43 kasus kekerasan yang melibatkan remaja. Per bulan rata-rata polisi menangani 3 kasus klitih.

Namun kriminal yang melibatkan remaja pernah muncul pada tahun 1990-an.

Di arsip Harian Kompas pada berita 7 Juli 1993, Kapolwil DIY yang saat itu dijabat oleh Kolonel (Pol) Drs Anwari menyebutkan bahwa polisi telah memetakan keberadaan geng remaja dan kelompok anak muda yang sering melakukan aksi kejahatan di Yogyakarta.

Baca juga: Penyesalan Pelaku Klitih di Yogya, Usai Membacok, Pijat Orangtua

Lalu pada tahun 2000-an, Herry Zudianto yang menjabat sebagai Wali Kota Yogyakarta gerah dengan maraknya tawuran antarpelajar.

Ia pun menginstruksikan jika ada pelajar Yogyakarta terlibat tawuran, maka akan dikeluarkan dari sekolah dan dikembalikan ke orangtuanya.

Sosiolog Kriminal UGM Soeprapto mengatakan bahwa instruksi Herry terbukti ampuh meredam aksi tawuran karena beberapa geng pelajar kesulitan mencari musuh.

Baca juga: Menyelisik Awal Mula Munculnya Klitih di Yogyakarta...

Geng tersebut kemudian mencari musuh secara acak. Jika awalnya kekerasan terjadi karena balas dendam, saat ini motifnya menjadi lebih beragam.

Mereka juga menunjukkan eksistensi dengan campur tangan alumni atau pihak lain yang memiliki kepentingan.

Dengan melibatkan remaja atau anak-anak maka hukuman kejahatan yang dilakukan akan lebih ringan.

"Pihak tertentu itu ikut nimbrung supaya tujuannya tercapai, istilahnya bisa nabok nyilih tangan. Sebab kalau kejahatan dilakukan remaja atau anak-anak hukumanya ringan," kata Soeprapto, saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/1/2020).

Baca juga: Jadi Tersangka, Pria Penabrak 2 Remaja Klitih hingga Tewas di Yogyakarta

Soeprapto mengatakan kasus klitih banyak terjadi malam hari sehingga orangtua harus lebih ketat melakukan pengawasan pada anaknya.

Selain itu, Soeprapto juga menyebut pihak keluarga, sekolah, lembaga pendidikan, agama, dan kepolisian bisa duduk bersama untuk mencaro solusi.

"Fungsi perlindungan keluarga juga penting. Kalau dulu anak dianiaya sambatnya ke orang tua, tapi sekarang pada kelompoknya. Itu menandakan fungsi keluarga melemah," kata dia.

Sementara itu pemberitaan Harian Kompas pada 17 Maret 2017, Kapolda DIY saat itu, Brigjen Pol Ahmad Dofiri menyebut setidaknya ada 81 geng sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Baca juga: Aksi Klitih Terjadi di Bantul, Seorang Pemuda Alami Luka di Wajah

Jumlah itu terdiri dari 35 geng sekolah di Kota Yogyakarta, 27 geng sekolah di Kabupaten Sleman, 15 geng sekolah di Kabupaten Bantul, serta masing-masing 2 geng sekolah di Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul.

”Mereka (para remaja yang melakukan kekerasan) ini hidup dalam ikatan kelompok berupa geng baik di sekolah maupun di luar sekolah,” kata Dofiri

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ika Fitriana, Wijaya Kusuma | Editor: Caroline Damanik, Rizal Setyo Nugroho, Farid Assifa), Harian Kompas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com