Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Tewas, Delis Kerap Murung karena Disebut Bau Lontong, Disdik Sebut Bukan "Bullying"

Kompas.com - 04/02/2020, 16:43 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya Budiaman Sanusi yakin bahwa Delis, siswi SMPN 6 yang ditemukan tewas di gorong-gorong, bukan korban bullying sekolahnya.

Budiaman mengatakan jika Delis, siswi SMP yang tewas di gorong-gorong sekolah, selama ini menjadi korban bullying, pastinya ia tidak akan menjadi siswa berprestasi di sekolah.

"Delis itu sesuai laporan di sekolah tak akan berprestasi peringkat 15 besar di kelasnya kalau korban bullying. Delis juga tidak akan rajin masuk sekolah kalau korban bullying. Nah, itu saja patokannya," jelas Budiaman kepada wartawan di kantornya, Selasa (4/2/2020).

Baca juga: Siswi SMP yang Tewas di Tasikmalaya Bukan Korban Bullying, Sebutan Bau Lontong Hanya Nama Samaran

Budiaman menambahkan, sampai belum ditetapkan penyebabnya oleh kepolisian, pihaknya masih menduga bahwa korban meninggal karena jatuh karena terperosok masuk gorong-gorong.

"Selama ini korban kejiawaannya normal dan anaknya rajin. Kita juga kalau bersumsi punya, bisa saja korban meninggal karena jatuh dan terperosok ke gorong-gorong," tambah dia.

Selama ini, lanjut Budiaman, kasus bullying terhadap siswa segera ditangani para pengajar di sekolah.

Namun, kata Budiaman, menangani kasus bullying bukan hanya tugas pengajar, tetapi juga semua komponen pendidikan di sekolah.

"Termasuk kepala sekolahnya, harus bisa cari solusinya kalau ditemukan kasus bullying. Ini bukan untuk SMPN 6 saja ya, tapi untuk pendidik di seluruh SD dan SMP Kota Tasikmalaya," tambahnya.

Dinas Pendidikan mengimbau seluruh pendidik di Kota Tasikmalaya untuk cepat mendeteksi dini kasus bullying yang bisa terjadi antara siswa. Apalagi, jika bullying itu terkait diskriminasi mata pencaharian orangtua siswa.

Sebutan bau lontong

Terkait sebutan bau lontong terhadap Delis karena orangtuanya berjualan lontong, Budiaman menyebut itu bukan bullying. Itu hanya sebatas canda dengan nama samaran atau alias. 

"Jelas ini tidak benar kalau itu. Tapi setahu saya itu kalau kata orang Sunda hanya landihan (alias) saja yang terjadi ke korban oleh teman-temannya. Guru-guru di sekolah selama ini harus lebih care, harus lebih masuk ke pendalaman psikologis muridnya, bukan hanya ngajar saja," katanya.

Pihaknya pun berharap, kasus ini tak sampai terulang lagi di lingkungan sekolah yang ada di Kota Tasikmalaya.

Baca juga: Tulis Curhatan Setahun Sebelum Tewas, Terkuak 5 Fakta Hidup Delis, Siswi SMP yang Ditemukan di Gorong-gorong

 

Diberitakan sebelumnya, salah seorang kerabat korban, Ade Munir (56), saat mendampingi ibu kandung korban di rumah sakit, mengatakan, korban dikenal sebagai anak yang senang di rumah dan jarang main sampai sore, apalagi sampai tak pulang.

Namun, berdasarkan keterangan ibunya, akhir-akhir ini korban terlihat murung dan senang berdiam diri sebelum diketahui hilang.

"Kata ibu korban, korban sering di-bully di sekolah. Dikatai bau lontong karena ibunya berdagang lontong," jelas Ade

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com