Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Balita Tewas dan 7 Dokter Terjangkit di Kalteng, Apa Itu Bakteri MRSA?

Kompas.com - 04/02/2020, 15:32 WIB
Kurnia Tarigan,
Khairina

Tim Redaksi

 

PALANGKA RAYA, KOMPAS.com – Bakteri Staphylococcus aureus itu sebenarnya ada pada setiap tubuh manusia, sering terdapat pada saluran pernafasan, pencernaan dan kulit, namun tidak akan menjadi penyakit apabila tidak terjadi infeksi. 

Apabila terjadi infeksi yang disebabkan luka pada bagian pernafasan, pencernaan, dan kulit, maka akan bisa menjadi penyakit yang berbahaya. Apabila resisten terhadap antibiotik, muncul Methicilin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA).

Staphylococcus aureus merupakan suatu bakteri yang yang berbentuk bulat (coccus) memiliki sifat pewarnaan gram positif yang menggerombol seperti anggur.

Baca juga: 7 Tenaga Medis di Kalteng Terjangkit Bakteri MRSA, Ini Penjelasan Rumah Sakit

Menurut Direktur RSUD Soemarno Kapuas dr. Agus Waluyo, MRSA itu adalah Methicilin Resistant Staphylococcus Aureus, berarti bakteri Staphylococcus aureus yang sudah resisten terhadap antibiotik dalam golongan beta laktam.

“Mengapa ini terjadi sampai dia resisten, ini biasanya itu jangka panjang, masalahnya mungkin yang bersangkutan biasanya mendapatkan antibiotik tidak sesuai atau pola konsumsi yang salah”, kata Agus kepada Kompas.com saat diwawancarai di ruang kerjanya, Senin (3/2/2020).

Dalam penanganan untuk menentukan pemberian golongan obat atau antibiotik yang benar, maka  tim medis harus melakukan kultur atau metode pemeriksaan diagnostik kepada pasien.

Sementara, untuk melakukan kultur terhadap pasien, pihak RSUD Kapuas tidak bisa melakukan hal itu, sehingga harus mengirim ke Laboratorium di Banjar Baru, Kalimantan Selatan, yang dalam prosesnya juga cukup pajang, membutuhkan waktu 5 hari hingga seminggu. Biayanya pun tidak sedikit.

Dalam satu kali pemeriksaan membutuhkan biaya sebesar Rp 400 ribu.

Pola konsumsi dan pemilihan antibiotik yang salah harus menjadi perhatian khusus.

Masyarakat sebaiknya  memahami fungsi antibiotik serta tidak sembarangan dalam mengkonsumsi karena akan menjadi masalah dan sangat berbahaya apabila sakit dan ternyata sudah resisten terhadap antibiotik.

“Diharapkan agar masyarakat jangan sembarangan mengkonsumsi antibiotik yang dijual bebas, serta mengkonsumsi dengan pola aturan yang diberikan dokter,” tambah Agus.

Baca juga: Balita di Kalteng Meninggal akibat Bakteri MRSA, Tujuh Tenaga Medis Tertular

Tidak ada ciri fisik dalam menentukan seseorang yang sudah terjangkit bakteri MRSA, karena MRSA itu bukan penyakit, melainkan bakteri.

Hanya bisa dibuktikan melalui hasil uji kultur melalui hasil laboratorium, saat seseorang tersebut mengidap suatu penyakit.

Namun Staphylococcus aureus tersebut akan menyerang pada bagian yang terjadi infeksi.

Apabila yang terinfeksi tersebut bagian saluran pernafasan, maka akan muncul demam, batuk, flu dan akan lebih parah lagi, bisa muncul sesak nafas apabila menyerang sampai ke paru paru.

Untuk mengetahui apakah bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap beberapa antibiotik, maka harus dilakukan uji kultur melalui laboratorium.

Sebelumnya, sebanyak tujuh dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Soemarno Kapuas, Kalimantan Tengah, terserang bakteri MRSA.

Bakteri itu didapat para dokter setelah merawat seorang balita Desa Batanjung, Kapuas, Kalimantan Tengah, pada Desember 2019.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com