BENGKULU, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan menghadiri haul Ibu Agung Fatmawati Soekarno pada 5 Februari 2020 di Bengkulu.
Kehadiran presiden direncanakan akan didampingi Ibu Negara Iriana serta Megawati Soekarno Putri dan Puan Maharani.
Haul Fatmawati rencananya bertepatan dengan peresmian Mounumen Ibu Agung Fatmawati yang terletak di Simpang Lima Ratu Samban, pusat Kota Bengkulu.
Fatmawati tidak saja dikenal sebagai isteri Bung Karno dan Ibu Negara, ia juga merupakan putri kelahiran Bengkulu yang berkontribusi dalam kemerdekaan Indonesia.
Ia merupakan ibu pejuang yang berada di garis tempur di dapur umum, orator, diplomat hingga penjahit Sang Saka Merah Putih saat Proklamasi 17 Agustus 1945.
Baca juga: Pemprov Bengkulu Bangun Monumen Fatmawati Soekarno
Sejarawan Universitas Bengkulu, Agus Setiyanto, penulis buku "Jejak Sejarah Bung Karno di Bengkulu" saat ditemui Kompas.com di kediamannya menjelaskan berasal dari situasi politik Tanah Air.
Ada dua versi mengapa Bung Karno dipindahkan ke Bengkulu. Versi pertama saat itu saat Bung Karno diasingkan di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, dikabarkan proklamator itu dikabarkan menderita sakit.
Baca juga: Kisah Perjuangan Fatmawati Soekarno di Bengkulu Difilmkan
Berita sakitnya Bung Karno sampai ke Dewan Rakyat (Volksraad). Saat itu salah satu anggotanya adalah sahabat Bung Karno, Husni Thamrin protes pada Belanda agar Bung Karno segera dipindahkan ke tempat yang lain.
Versi kedua Bung Karno dan Bu Inggit Garnasih membuat semacam siasat seolah Bung Karno sakit, agar Bung Karno dapat dipindahkan karena kejenuhan di Ende.
"Pada prinsipnya dua versi itu pada intinya Bung Karno harus dipindahkan karena ada berita yang simpang siur dalam hal ini. Yang jelas keberadaan Bung Karno di Ende membuat dewan rakyat protes keras," kata Agus Setiyanto.
Baca juga: Presiden Jokowi Dijadwalkan Hadiri Haul Fatmawati Soekarno di Bengkulu
Bung Karno dapat sambil mengajar di sekolah Muhammadiyah di Jogjakarta.
Memindahkan pengasingan Bung Karno dari Ende ke tempat lain bagi Belanda memerlukan pertimbangan matang maka ditawarkan ke beberapa resident.
Ditawarkan pada Residen Borneo dan Sulawesi kedua residen menolak karena menerima pengasingan musuh nomor satu Belanda tentu berisiko tinggi.
Kemudian di tengah ketakutan kedua residen itu ternyata Bengkulu justru siap menampungan Bung Karno maka diputuskanlah dipindahkan ke Bengkulu.
Baca juga: Uniknya HUT RI ala Keluarga Fatmawati Soekarno di Bengkulu
Pada 14 Februari 1934 SK resmi pemindahan Bung Karno diteken untuk dipindahkan ke Bengkulu. Dalam telegram Belanda diketahui Bung Karno tiba di Bengkulu pada 9 Mei 1934.
Berita akan kedatangan Bung Karno di Bengkulu menyebar sejumlah tokoh pergerakan Bengkulu seperti Sanusi Pane, Ali Hanafiah, dan lain-lain.
"Tokoh pergerakan Bengkulu menyambut gembira kedatangan Bung Karno dan membagi dua kelompok penyambutan. Pertama di Pengantungan dan di kawasan Kampung China, Kota Bengkulu. Ternyata Bung Karno tiba di kawasan Kampung China melalui," kata Agus.
Dari Kampung China Bung Karno dibawa Ali Hanafiah ke Pengantungan lalu dibawa ke Hotel Centrum (Samudera Dwinka Hotel) Bung Karno juga sempat menonton Bioskop Central Cinema di kawasan Kampung China.
Baca juga: Khofifah Jahit Bendera Merah Putih di Rumah Fatmawati Soekarno
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.