SALATIGA, KOMPAS.com - Kota Salatiga menjadi percontohan di Indonesia dan dunia karena akselerasinya dalam pembangunan ruang terbuka hijau (RTH).
Saat ini, RTH di Salatiga mencapai 24 persen dari total luasan wilayah.
Wali Kota Salatiga Yuliyanto mengatakan, pencapaian tersebut diraih berkat pemberdayaan masyarakat dari lingkup terkecil.
Ini sangat penting untuk menjaga ketahanan iklim serta penataan lingkungan yang baik dan berkelanjutan.
"Kita terus berusaha agar RTH setidaknya mencapai 30 persen. Jumlah 24 persen tersebut merupakan gabungan RTH sebanyak 16,11 persen dan sisanya dari Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)," ujar Yuliyanto, saat Launching of Climate Resilience Inclusive Cities Project di Gedung Balai Agung Pemprov DKI, Kamis (30/1/2020) dalam keterangan tertulis, Rabu (29/1/2020).
Baca juga: Antisipasi Penyebaran Virus Corona, Siswa SDI Al Azhar 22 Salatiga Wajib Pakai Masker
Yuliyanto mengatakan, di Salatiga terdapat empat kampung iklim yang berada di Kelurahan Mangunsari, Kecandran, Tegalrejo, dan Ledok.
Sementara untuk taman kota ada di Bendosari, Tingkir, dan Sidomukti.
Alun-alun Pancasila juga telah selesai direvitalisasi dan dibuka untuk umum beberapa waktu lalu.
Inisiatif lain yang dilakukan Pemerintah Kota Salatiga adalah dengan pembatasan penggunaan pupuk kimia, pemanfaatan biogas dari ternak sapi.
Pemkot Salatiga juga menganggi bohlam Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) ke jenis hemat energi.
"Gas methan dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngronggo juga diolah menjadi biogas agar bisa dimanfaatkan masyarakat," kata Yuliyanto.