Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyesalan Pelaku Klitih di Yogya, Usai Membacok, Pijat Orangtua

Kompas.com - 30/01/2020, 06:30 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

Seluruh sudut ruangan tidak ada teralis seperti penjara, lebih mirip sekolah berasrama.

"Perlakuan terhadap anak berbeda dengan yang dewasa. Petugas pun harus lebih ramah," kata Teguh. 

 Teguh mengatakan, agar tidak melakukan perbuatan yang sama, para siswa dilakukan tiga langkah pendampingan dari LPKA.

Adapun di antaranya, kemandirian, kepribadian, dan sosial. Pembinaan kepribadian meliputi agama, kepramukaan dan, sekolah. Untuk pembinaan kemandirian setahun ada 3 kali diberikan pelatihan.

"Untuk tahun ini ada pangkas rambut dan sablon, kami juga kerjasama dengan beberapa universitas untuk melakukan pendampingan psikologi," katanya.

 Baca juga: Jadi Tersangka, Pria Penabrak 2 Remaja Klitih hingga Tewas di Yogyakarta

Dia mengatakan, selain pendampingan, warga binaan ini tetap melanjutkan sekolah. Meski tak sama dengan para siswa di luar, paling tidak mereka tak ketinggalan mendapatkan pelajaran. 

"Kami juga memiliki grup WA dengan orangtua. Jadi perkembangan anak bisa diketahui orang tua," ucap Teguh.

"Yang keluar dari LPKA tidak ada yang kembali lagi melakukan kejahatan. Bahkan yang dulu sudah keluar ada yang membuka cafe, dan usaha lainnya," kata Teguh. 

 

Perilaku klitih dan penyesalan

Hubungan dekat antara petugas LPKA dan warga binaan seringkali mereka mengungkapkan peristiwa yang terjadi.

Menurut Teguh, ada dua tipe klitih yang sering dilakukan di Yogyakarta. Pertama adalah individu yang kedua adalah kelompok. Mereka rata-rata berusia SMA.

"Individu itu biasanya hanya berdua dan yang kami tangani terpengaruh minuman keras, kalau kelompok seperti yang terjadi di Karangkajen itu mereka suporter futsal bertemu di jalan dan terjadi gesekan," ucap Teguh 

"Pelaku klitih ini memang berbeda jika dibandingkan dengan kejahatan-kejahatan di tempat lain yang membawa senjata api yang ingin merampok, di sini tidak. Saat kita ngobrol di sini mereka ngomong gak tau motifnya hanya senang-senang," ucap Teguh

Diakuinya, penyesalan yang dilakukan anak-anak ini sudah terjadi setelah mereka melukai korbannya.

Ia mencontohkan satu di antara pelaku pembacokan, setelah melakukan aksinya pelaku langsung memijit orangtua.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com