Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Bahaya Ular Weling yang Tewaskan Anak 11 Tahun di Bandung

Kompas.com - 25/01/2020, 14:30 WIB
Reni Susanti,
Khairina

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com – Seorang bocah berusia 11 tahun, Adi Ramdani, ditemukan tewas di rumahnya, Kelurahan Pasirjati, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, setelah digigit ular weling yang ditangkapnya.

Relawan Sioux sekaligus peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Universitas Padjadjaran (Unpad) Herlina Agustin menjelaskan bahayanya ular weling.

“Saat digigit (Adi) tidak bengkak. Karena enggak bengkak disiram air garam dan diikat sama ibunya,” ujar Herlina saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/1/2020).

Baca juga: Hati-hati bila Melihat Ular Weling, Belum Ada Anti Bisanya jika Digigit

Padahal, bisa ular menyebar lewat kelenjar getah bening. Jadi kalaupun diikat, bisa tetap menyebar.

Apalagi jika anak tersebut tidak bisa diam. Ia lari ke sana ke mari hingga bisanya lari kemana-mana.

Setelah bisa menyebar, korban akan mengalami gagal napas. Korban pun tak mampu menelan air liurnya hingga mulutnya berbusa.

Ular weling juga sifatnya neurotoxin. Tidak menimbulkan bengkak tapi menyerang bagian saraf,” tutur Herlina.

Memasuki musim hujan, ular weling ini banyak yang keluar. Karena sifatnya semi aquatik, weling suka dengan daerah yang basah.

Karena hidup berdampingan, manusia tidak bisa menghindari ular. Untuk itu, bila bertemu ular weling, sebaiknya tidak bergerak karena weling akan terprovokasi oleh gerakan manusia.

“Biarkan dia (weling) lewat. Kalau kita dalam posisi enak, ambil sapu dan usir pake sapu, jangan dipegang sama tangan, itu berbahaya,” ungkapnya.

Sebab, ular berbisa, selama mereka memproduksi air liur, ia tetap memiliki bisa.

Baca juga: Mengenal Ular Weling, Ular yang Tenang tapi Mematikan

Jadi, bila menemukan orang yang tergigit ular weling, langkah pertama yang harus dilakukan adalah imobilisasi seperti pada kasus patah tulang.

Korban tidak boleh banyak bergerak dan segera bawa ke rumah sakit untuk dilakukan observasi 2 x 24 jam.

“Pertolongannya imobilasisai, tidak banyak bergerak dan bawa ke rumah sakit. Enggak usah dikasih bawang, diikat, atau tindakan lain yang malah membahayakan,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com