Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajaan Kandang Wesi di Garut, Padepokan Silat dan Tempat Pembuatan Senjata di Masa Padjadjaran

Kompas.com - 25/01/2020, 09:39 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Setelah ramai berita Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Sunda Empire di Bandung, dan Kesultanan Selaco, kini muncul nama Kerajaan Kandang Wesi.

Kerajaan Kandang Wesi ada di Kampung Cimareme, Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut. Nurseno SP Utomo disebut sebagai raja di Kandang Wesi.

Lokasi yang disebut Kerajaan Kandang Wesi itu berada di tepi perkampungan dengan luas 1,5 hektar di sisi perbukitan.

Baca juga: Viral Kerajaan Kandang Wesi, Kepala Kesbangpolinmas: Tidak Ada Kerajaan di Garut

Untuk masuk kawasan tersebut, pengunjung harus melewati gerbang kecil dengan pagar besi dan melalui jalan berbatu menuju pendopo yang dibangun tanpa dinding.

Ada sebuah mata air kecil dan tempat penyimpanan batu-batu yang diduga sisa peninggalan Kerajaan Kandang Wesi.

Di kawasan tersebut juga ada kamar tidur, masjid, lapangan voli, dan parkir mobil. Lahan di kawasan tersebut terlihat asri karena banyak ditumbuhi pepohonan yang rindang.

Baca juga: Fenomena Kerajaan Fiktif, antara Motif Uang dan Masyarakat yang Tak Rasional

 

Pintu gerbang masuk Padrpokan Kandang WesiKOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Pintu gerbang masuk Padrpokan Kandang Wesi
Tempat pembuatan senjata masa Kerajaan Padjadjaran

Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Garut Wahyudidjaya menjelaskan, Kerajaan Kandang Wesi ada di sejarah.

Kerajaan itu lahir setelah Kerajaan Padjadjaran runtuh dan merupakan gabungan kerajaan-kerajaan kecil yang pernah ada di bawah kekuasaan Kerajaan Padjadjaran.

Pada masa Kerajaan Padjadjaran, Kandang Wesi adalah daerah tempat berlatih prajurit kerajaan dan pembuatan senjata.

Saat dikonfirmasi Kompas.com, Nurseno SP Utomo mengatakan bahwa dia bukan Raja Kerajaan Kandang Wesi.

Baca juga: Heboh Kerajaan Kandang Wesi di Garut, Nurseno: Saya Hanya Mengajarkan Bela Diri

Tahun 1998, ia mendirikan padepokan silat Syahbandar Kari Madi di lokasi Kerajaan Kandang Wesi. Lokasi tersebiut ditentukan berdasarkan sejarah dan penelitian yang ada.

Nursenona sendiri lahir dan dibesarkan di Desa Tegalgede.

"Saya hanya jadi pemangku adat saja untuk menjaga budaya yang ada," kata Nurseno.

Ia mengaku memiliki murid di padepokan silat. Namun, tidak ada yang memanggilnya raja. Selain itu, para murid silatnya tidak pernah merasa menjadi pengikut kerajaan.

Selama mendirikan padepokan silat, Nurseno hanya mengajarkan soal seni bela diri.

"Saya enggak pernah melarang orang shalat, apalagi sampai menyimpang dari ajaran agama, saya hanya mengajarkan bela diri yang jadi adat dan kebudayaan Indonesia," katanya.

Baca juga: Heboh Keraton Agung Sejagat, Kini Viral Kerajaan Kandang Wesi di Garut

Nurseno SP Utomo, orang yang disebut sebagai Raja Kerajaan Kandang Wesi di Garut, Jabar, menunjukan pin penghargaan dari Forum Komunikasi Kesultanan dan Kerajaan Nusantara yang diterimanya tahun 2015 lalu, Jumat (24/1/2020)KOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Nurseno SP Utomo, orang yang disebut sebagai Raja Kerajaan Kandang Wesi di Garut, Jabar, menunjukan pin penghargaan dari Forum Komunikasi Kesultanan dan Kerajaan Nusantara yang diterimanya tahun 2015 lalu, Jumat (24/1/2020)
Klarifikasi gelar raja

Nurseno mengaku mendapatkan gelar raja yang diberikan pada tahun 2015.

Gelar raja diberikan oleh Maskut Thoyib, Ketua Forum Komunikasi Raja-raja dan Sultan Nusantara.

Menurut Nurseno, kala itu Maskut Thoyib adalah kepala budaya di Taman Mini Indonesia Indah.

Pemberian gelas tersebut dilakukan di Taman Mini Indonesia Indah yang disaksikan perwakilan keraton dan kesultanan Indonesia dan pemerintah.

Baca juga: Raja Keraton Agung Sejagat Minta Maaf, Akui Buat Kerajaan Fiktif

Ia menegaskan, gelar raja diberikan bukan karena dia pernah mendirikan kerajaan, melainkan mendirikan padepokan silat di lokasi Kerajaan Kandang Wesi, Garut.

Hal senada juga dijelaskan Wahyudidjaya, Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Garut.

Menurut Wahyu, gelar raja adalah bentuk penghormatan kepada Nursenon yang dianggap berhasil mengembangkan Padepokan Syah Bandar Karimadi.

“Kita sudah konfirmasi ke Forkopimcam (Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan), mereka mengakui Nurseno orang Pakenjeng, tapi bicara kerajaan tidak ada, yang ada adalah padepokan,” katanya.

Baca juga: Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire, Bukti Masyarakat Rindu Kerajaan

Selain itu, Nurseno dikenal sebagai pelestari budaya dan menjalankan ajaran Islam seperti umat Islam pada umumnya.

“Jadi tidak ada kerajaan yang seperti di Jateng, gelar rajanya hanya penghargaan dari komunitasnya, (bentuk) kerajaannya sendiri lebih pada pendekatan budaya, makanya tidak ada pertentangan dari masyarakat disana,” katanya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ari Maulana Karang | Editor: Khairina, Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com