Mengenyam pendidikan di bangku kuliah dengan usia tua, memang tak mudah dijalani oleh Basri.
Dirinya mengakui membiayai kuliahnya dengan berjualan pembibitan pohon durian.
Walaupun dengan usaha kecilnya itu, Basri percaya, pasti ada jalan jika ingin belajar menuntut ilmu.
Baca juga: Hilang 10 Hari di Hutan Buton, Kakek 87 Tahun Selamat Berkat Minum Air Rotan
“Untuk biaya kuliah, ya kita usaha, usaha kita pembibitan pohon buah-buahan seperti durian, salak dan lain-lain, walaupun usaha kecil, kalau kita belajar pasti ada jalan,” kata Basri, sambil tersenyum tipis.
Menjalani kuliah yang hampir setiap hari, Basri mengakui pulang pergi dari Lombok Utara menuju Mataram, yang jaraknya 40 kilometer atau menempuh waktu sekitar 1,5 jam.
Basri menyebutkan, sering menginap di Masjid Raya Mataram jika tidak punya uang bensin untuk balik ke rumah.
“Saya pulang pergi Lombok Utara-Mataram, sering juga nginap di Masjid Raya supaya irit beli bensin,” kata Basri, dengan mata berkaca-kaca.
Hal yang tidak bisa dilupakan oleh Basri yakni menjelang ujian skripsinya, saat berangkat dari rumah menuju kampus untuk sidang skripsi.
Saat itu terdapat operasi razia surat kendaraan oleh polisi. Pada saat itu, polisi menilang dan menahan motornya.
Basri yang saat itu ditilang meminta tolong kepada polisi agar dirinya bisa mengikut ujian skripsi.
Basri berusaha membujuk polisi dengan menunjukan skripsinya yang akan diujikan.
Namun, usaha Basri tidak berhasil dan motornya tetap ditahan karena tidak mempunyai surat-surat.
“Waktu itu saya minta, tolong saya polisi agar bisa lolos, saya mohon-mohon sampai menunjukan skripsi, tapi tetap juga tidak bisa,” kata Basri.
Basri menyebutkan, surat-surat kendaraan motor hilang pasca terjadinya gempa 2018 lalu.
“Surat-surat semua hilang semenjak gempa itu, semua itu mungkin ujian,” kata Basri.