Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kakek 60 Tahun, Mahasiswa Tertua Universitas Muhammadiyah yang Lulus Ujian Skripsi

Kompas.com - 24/01/2020, 20:27 WIB
Idham Khalid,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

LOMBOK UTARA, KOMPAS.com- “Tuntutlah ilmu sejak masih buaian hingga liang lahat” mungkin ini kata yang tepat untuk Basri, kakek berumur 60 tahun asal Dusun Karang Nangka, Desa Sokong, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Di umur yang renta, Basri masih bersemangat mengenyam bangku perkuliahan di salah satu Perguruan Tinggi di NTB yakni di Universitas Muhammadiyah Mataram, dan sudah menyelesaikan ujian skripsinya.

Basri tercatat menjadi mahasiswa Muhammadiyah sejak tahun 2015 lalu dengan mengambil jurusan Komunikas Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Agama.

Dirinya merupakan satu-satunya mahasiswa yang umurnya tertua di kampus itu, bahkan mungkin dirinya lebih tua dari dosennya.

Baca juga: Gempa Bermagnitudo 4,6 Guncang Lombok Utara, Tidak Berpotensi Tsunami

Ditemui Komas.com di rumahnya, Basri terlihat baru saja bangun dari tidur siangnya.

Penampilan Basri yang tergolong sederhana. Ia memakai sandal jepit yang berbeda sebelah, sebelah kiri berwarna kuning dan sebelah kanan berwarna hitam, dengan memakai sarung kotak-kotak.

Basri tinggal sendiri di rumah yang baru saja dibangun dengan ukuran 6x6. Rumah lama Basri sebelumnya roboh akibat gempa pada 2018 lalu dan mendapat bantuan dari pemerintah.

Terlihat tumpukan buku yang menggunung di kamar Basri.

Bagi Basri, menuntut ilmu suatu kewajiban, kapan pun di mana pun, harus menuntut ilmu.

Basri mengakui, masuk jurusan KPI karena ingin menjadi sorang pendakwah yang bisa menyiarkan kebaikan sesama manusia.

“Masuk jurusan KPI karena ingin jadi pendakwah, walaupun tua, ya kita harus tetap belajar,” ungkap Basri, saat ditanya motivasinya kuliah, Kamis (23/1/2020).

Dirinya mengakui, selalu rajin masuk kuliah, sehingga dalam waktu 4 tahun dirinya bisa menyelesaikan skripsinya dengan judul “Peran Forum Silaturahmi Marbot Masjid Dalam Meningkatkan Suasana Ibadah".

“Alhamdulillah saya bisa selesaikan skripsi 4 tahun, saya ujian skripsi kemarin tanggal 22 Januari,” kata Basri.

Pria kelahiran 1965 ini mengakui mengambil judul skripsi tersebut, karena ingin menunjukan bahwa marbot masjid perlu diperhatikan keberadaanya oleh pemerintah.

Marbot, kata dia, merupakan pekerja ikhlas tanpa menerima pamrih untuk mengurus masjid.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com