Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya 15 Anak dan Tinggal di Rumah 5x7 Meter, Sang Ayah: Tidurnya Ada yang di Halaman

Kompas.com - 24/01/2020, 09:17 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Seorang tukang kebun asal Wonosaren RT 004, RW 008, Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, Bandono (56) dan istrinya, Nur Wigati (55) memiliki 15 anak.

Telah lama mengabdi sebagai tukang kebun dan penjaga sekolah di SD Mijen Solo, mereka diberi rumah dinas berukuran 5x7 meter.

Bandono mengatakan, dari 15 anak, sebanyak 5 anaknya sudah berkeluarga. Masih ada 10 anak yang tinggal bersamanya.

Saat tidur pun harus ada yang mengalah lantaran rumah tidak cukup besar menampung semua anaknya.

Baca juga: SOS Children-Marriot Hotel Berikan Kesempatan Magang untuk 6 Anak Asuh

"Tidurnya ya sampai ada yang di halaman, memang ukuran rumahnya cuma 5x7 meter," kata Bandono ditemui Kompas.com di kediamannya yang berada tepat di belakang sekolah tersebut, Kamis (23/1/2020).

Menurutnya, kondisi rumah dinasnya saat ini jauh lebih baik daripada dahulu, meskipun sama-sama berukuran 5x7.

"Dulu atapnya cuma kaya asbes, sudah ada tembok, alasnya tikar. Sekarang sudah bagus," katanya.

Baca juga: Bertemu Wapres, PGRI Dukung Sekolah Ramah Anak dan Kecam Perundungan Siswa

15 anak

Bandono, tukang kebun di SDN Mijen Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, Kamis (23/1/2020).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Bandono, tukang kebun di SDN Mijen Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, Kamis (23/1/2020).

Bandono dan Wigati menikah pada tahun 1988 dan dikaruniai anak pertama setahun setelahnya.

Jarak kelahiran anak-anaknya sekitar 1,5 hingga 2 tahun. 15 anak itu, tiga di antaranya perempuan dan sisanya laki-laki.

Kini pasangan tersebut masih memiliki tanggungan tiga anak yang masih sekolah, satu anak duduk di bangku SMP, dua lainnya di bangku SD.

Tentu tidak mudah mengurus 15 anak, terutama dalam hal finansial. Bandono harus mencari pekerjaan sampingan selain sebagai penjaga sekolah.

Baca juga: 7 Cara Ciptakan Ruang Belajar Efektif untuk Anak, Tanpa Biaya Besar

"Saya bekerja sebagai tukang kebun di SDN Mijen tahun 1981. Sembilan tahun honorer. Saya diangkat jadi PNS tahun 1990. Dan, dua tahun lagi saya pensiun," cerita Bandono.

Meskipun sudah berstatus PNS, gaji bulanan yang diterima Bandono saat itu masih Rp 35.000.

"Suka dukanya banyak. Saat masih honorer itu tiap bulan hanya dapat gaji Rp 8.000. Jadi, saya cari pekerjaan sambilan mencari cacing umpan mancing. Satu kilonya Rp 40.000," ujar dia.

Istri Bandono, Nur Wigati mengatakan suaminya dua tahun lagi pensiun sehingga harus mencari tempat tinggal baru.

"Insya Allah kalau ada rezeki cari rumah yang sederhana yang penting bisa buat berteduh sama keluarga," tutur Nur.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Labib Zamani | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com