Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Sukiyah, Berteman Gelap hingga Rambut Jadi Sarang Tikus

Kompas.com - 24/01/2020, 08:30 WIB
Dian Ade Permana,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Sukiyah hidup seorang diri. Di dalam rumah beralas tanah dan berdinding papan, perempuan yang diperkirakan berumur 50 tahun ini berteman gelap.

Ibunya meninggal sekitar tiga tahun lalu. Sementara adiknya semenjak menikah sebelum pindah ke Banjarnegara tak pernah pulang dan berkirim kabar.

Sukiyah mengalami kebutaan sejak berumur lima tahun. Kala itu, dia sakit panas hingga kejang-kejang dan tidak bisa melihat lagi.

Baca juga: Derita Warga Pondok Gede Permai: Banjir 6 Meter Surut, Kini Berjibaku Hadapi Lumpur dan Sampah

Namun, kala itu dia masih bisa beraktivitas normal hingga membantu orangtuanya berkebun.

"Sukiyah mulai bertingkah aneh dan jadi pendiam sejak umur 10 tahun," kata Suramto, Kamis (23/1/2020), paman Sukiyah.

Dia mulai mengurung diri dan enggan bersosialisasi. Selama bertahun-tahun hanya berada di dalam rumah.

Baca juga: Viral Wanita Aniaya Pria Tua yang Derita Stroke, Polisi: Diduga Gangguan Jiwa

Setelah ibunya meninggal, Sukiyah sempat tidur di teras. Oleh warga, dia dimasukkan ke dalam rumah dan setiap malam selalu dikunci dari luar.

"Itu agar dia tidak keluar rumah karena tidak ada yang mengawasi," terang Suramto.

 

Sukiyah tinggal di Dusun Karangombo, Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Warga sempat mengaliri rumah Sukiyah dengan listrik dari masjid. Namun, lampu yang menyala dirusak Sukiyah hingga selalu dalam keadaan gelap.

Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Salatiga, Ardian, menemukan Sukiyah berdasarkan cerita sesama relawan pada Rabu (22/1/2020).

Saat kali pertama ditemui, kondisinya sangat mengenaskan.

"Dia hampir tidak pernah bicara dengan orang lain, tapi saya lakukan pendekatan dan ngomong pengin susu," jelasnya.

Dia memperkirakan Sukiyah berdiam di rumah sekitar 27 tahun.

Saat itu, yang terlintas dalam benak Ardian adalah memotong rambut Sukiyah. Selain rambutnya sudah mencapai dua meter, di rambut tersebut ada kotoran manusia dan anakan tikus.

"Dia mengajukan permintaan, nanti setelah dipotong, minta dikeramas dengan sampo warna hitam, dan diobatin," ungkapnya.

Ardian mengatakan, kaki Sukiyah sudah lemah sehingga tak bisa digunakan untuk berjalan.

"Dia cuma duduk selonjor dan kalau berpindah tempat ndlosor karena tangannya juga lemah," terangnya.


Sukiyah memang melakukan semua aktivitasnya di dalam rumah. Bahkan, dia buang air besar dan kecil di dalam rumah sehingga mengeluarkan bau menyengat.

Meski selalu berada di rumah, lanjutnya, Sukiyah mengetahui perkembangan di luar dusunnya.

Dari hasil komunikasi dengan Ardian, dia bercerita tentang berbagai daerah yang ada di Kota Salatiga.

Sementara Darkumi, tetangga Sukiyah, mengatakan, setiap hari tetangga mengantarkan makanan untuk Sukiyah.

"Sudah ada yang ngirim makan. Kalau pagi, siang, sore ada. Tapi ya cuma dikasih depan pintu, nanti dimakan langsung," jelasnya.

Dia mengingat, Sukiyah terakhir mandi sekitar setahun lalu. Saat itu ada enam orang dewasa yang memegangi karena dia terus berontak.

"Bahkan tangan saya sempat digigit. Setelah kejadian itu, tidak ada yang mau memandikan lagi," kata Darkumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com