Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Nina Azzahra, Siswa SMP yang Berani Kirim Surat Protes ke PM Australia dan Kanselir Jerman

Kompas.com - 24/01/2020, 06:50 WIB
Hamzah Arfah,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Aeshninna Azzahra (12), siswa SMP Negeri 12 Gresik, kembali ke kampung halamannya di Desa Kandangasin, Kecamatan Wringinanom, Gresik, Jawa Timur.

Sebelumnya, pegiat lingkungan hidup cilik ini berani bertandang ke Jakarta untuk memberikan surat kepada Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan Kanselir Jerman Angela Merkel melalui Kedutaan Besar masing-masing untuk menghentikan ekspor sampah plastik ke Indonesia.

Baca juga: Gadis di Gresik Tulis Surat kepada PM Australia, Minta Hentikan Ekspor Sampah Plastik

Gadis yang akrab disapa Nina ini mengatakan, dia membuat surat tersebut setelah melihat sendiri tumpukan sampah yang ada di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Mojokerto, yang berjarak sekitar 15 kilometer dari tempat tinggalnya.

"Karena saya merasa prihatin, di Desa Bangun itu banyak sampah impor yang menumpuk dari luar negeri," ujar Nina saat ditemui di rumahnya, Kamis (23/1/2020).

"Jadi ceritanya itu pabrik kertas membeli sampah kertas dari luar negeri, ditemukan dalam kontainernya itu sampah plastik yang dibuang ke Desa Bangun sehingga halaman rumahnya itu sampai menumpuk sampah plastik," tambahnya kemudian.

Baca juga: Sebelum Kirim Surat kepada PM Australia, Siswi SMP di Gresik Minta Izin ke Dinas Pendidikan

Menurut anak bungsu dari tiga bersaudara ini, sampah plastik impor itu menumpuk di halaman rumah warga Desa Bangun lantaran masyarakat di sana coba mengais rezeki dari sampah tersebut tanpa memikirkan dampak lebih jauh yang ditimbulkan.

"Orang-orang di sana itu awalnya petani, kini jadi pengolah sampah. Jadi petani plastik, pemilah sampah untuk memisahkan mana yang didaur ulang, mana yang tidak bisa," kata dia.

"Untuk yang bisa didaur ulang dijual ke pabrik dibuat kayak palet plastik, lalu diekspor ke China untuk dijadikan produk baru. Sementara yang tidak bisa didaur ulang, dijual ke pabrik tahu di Tropodo (Sidoarjo) buat pembakaran pembuatan tahu," sambungnya.

Baca juga: Menikah 7 Tahun hingga Punya Anak, Istri Baru Tahu Suaminya Anggota TNI Gadungan

Hanya saja, Nina menyebutkan, banyak orang tidak mengetahui bahwa di balik penggunaan sampah plastik bekas untuk proses pembakaran dalam pembuatan tahu menimbulkan sejumlah bahaya bagi kesehatan.

"Asapnya bisa menyebabkan gas beracun bernama dioksin. Sementara yang lokasinya dekat sungai, limbahnya dibuang ke sungai dan dimakan ikan. Saya juga sering melihat ayam yang main dekat pabrik, itu (sampah plastik) dimakan terus ikan sama ayamnya itu kita makan, apa tidak berbahaya," tutur Nina.

Atas beberapa poin tersebut, Nina pun memberanikan diri untuk mengirim surat kepada Perdana Menteri Australia, Kanselir Jerman, bahkan sebelumnya Presiden Amerika Serikat. Dia berharap, ekspor sampah plastik ke Indonesia dihentikan demi menjaga ekologi.

Sebelumnya diberitakan, seperti dikutip dari ABC, Rabu (22/1/2020), dalam suratnya, Nina menyoroti dampak ekologi dan kesehatan adanya sampah dari negara lain ke Indonesia sekaligus memaparkan dampak secara langsung adanya sampah plastik itu di desanya di Gresik.

"Saya begitu sedih saat mengetahui kota saya menjadi tempat pembuangan sampah plastik dari negara maju," katanya.

Nina mengatakan, sampah yang dia pungut mempunyai merek yang berasal dari Kanada, Australia, AS, Inggris, dan sejumlah negara maju lain.

Dia pun meminta Morrison agar menghentikan pengiriman sampah yang tidak bisa didaur ulang ke Indonesia.

"Berhenti mengirimkan campuran sampah plastik dan kertas ke Jawa Timur dan Indonesia. Tolong tarik dari Indonesia," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com