Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perempuan Pengantin Pesanan China: Setiap Hari Kepala Saya dipukul (1)

Kompas.com - 23/01/2020, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

Peluang untuk melarikan diri

Merry berkata suaminya tidak pernah mengirim uang untuk keluarganya di Landak, Kalimantan Barat. Ibu mertuanya malah menyuruhnya bekerja membuat kerajinan tangan tanpa upah.

April 2019, Merry menerima tawaran bekerja di pabrik gelas. "Saya pikir kalau saya tidak ambil peluang itu, seumur hidup saya akan terus di rumah suami," ucapnya.

Di pabrik itu, Merry ditugasi menyusun gelas ke dalam kardus. Walau keluar rumah, ibu mertua Merry tetap menunggui dan mengawasinya di pabrik.

Meski begitu, Merry berkata itu adalah peluang terbesarnya untuk kabur dan pulang ke Indonesia.

"Saya berdoa terus dalam hati. 'Kalau memang ini peluang saya kabur, Tuhan tolong saya.' Saya menunggu kesempatan terus."

Baca juga: JBM Ungkap Perdagangan Orang dengan Modus Pengantin Pesanan

"Hari ketujuh kerja di sana, sekitar jam 12 siang, saya lihat ada pintu untuk naik ke tembok, saya panjat walaupun tidak tahu apa di balik dinding itu. Ternyata kandang babi, saat saya lompat mereka teriak, saya berlari sejauh mungkin."

"Saya cari taksi. Saya bilang ke sopir mau ke KBRI, tapi dia tidak mengerti bahasa saya. Saya cuma bilang, 'Beijing, Beijing!'"

Dan itu bukanlah akhir dari pelarian Merry. Uang di kantongnya tak cukup mengantarnya ke Beijing. Sopir taksi membawa Merry ke kantor kepolisian.

Di sana, kata Merry, ia tak mendapatkan jaminan mendapat pertolongan untuk pulang ke Indonesia. Ia mengaku diinapkan kepolisian setempat di sebuah kamar sewaan selama sepekan.

Baca juga: 8 WNI Jadi Korban Perdagangan Orang, KBRI Kuala Lumpur Didesak Optimal Membantu

Tak ada bekal makanan atau minuman, seminggu itu Merry bertahan dengan cara meneguk air keran. Selama penantiannya itu, Merry bertemu perempuan pengantin pesanan asal Indonesia.

Lia, nama perempuan itu, menyarankan Merry menuliskan kondisi dan rencananya untuk pulang ke Indonesia ke Facebook.

Dan dari unggahan itulah, Serikat Buruh Migran Indonesia mengenal Merry dan akhirnya membantu kepulangannya.

"Tiga hari setelah membuat status itu, saya dijemput polisi. Sepanjang jalan saya berdoa. Saya tidak tahu kalau hari itu saya akan pulang ke Indonesia, saya kira bakal dikembalikan ke rumah suami," kata Merry.

Baca juga: Diduga Korban Perdagangan Orang, 8 Perempuan Pekerja Migran Indonesia Malah Ditahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com