Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Problem Jalur Parung Panjang yang Tak Kunjung Selesai: Truk Parkir di Bahu Jalan, Kemacetan hingga Paparan Debu

Kompas.com - 22/01/2020, 18:49 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Persoalan truk tronton angkutan tambang yang sudah berpuluh-puluh tahun lamanya belum juga menemukan titik penyelesaian hingga memasuki awal tahun 2020.

Berbagai persoalan pun masih banyak ditemui, seperti kerusakan infrastruktur, kemacetan, paparan debu hingga kecelakaan lalu lintas.

Lemahnya pengawasan aparatur pemerintah dinilai menjadi penyebab semakin kompleksnya masalah jalur truk tambang hingga meluas ke perbatasan Bogor-Tangerang.

Kompas.com mencoba menelusuri dan melintas sampai wilayah perbatasan Parung Panjang, Kabupaten Bogor dan Legok, Tangerang pada Sabtu (18/1/2020) hingga Minggu (19/1/2020).

Sedikitnya ada tiga kecamatan yang merasakan dampak buruk dari truk tambang itu, yakni Kecamatan Rumpin, Gunung Sindur dan Parungpanjang.

Saat melintasi tiga wilayah itu, hilir mudik truk tronton angkutan tambang seperti tak ada habis-habisnya.

Ruas jalan desa yang biasa dilintasi warga sekitar kini telah didominasi oleh truk-truk dengan beragam ukuran.

Jalan yang lebarnya hanya sekitar 5 meter itu pun menjadi sempit untuk dilintasi.

Truk parkir bikin macet

Tak jarang truk tersebut parkir begitu saja sambil menunggu muatan dan tanpa menghiraukan pejalan kaki serta pengendara.

Tampak seorang petani yang ingin membajak sawah dengan kerbaunya harus berjibaku saat melintas di pinggir jalan tersebut.

Pasalnya, membawa kerbau ke sawah bukan hal yang mudah di tengah lalu lalang truk. Salah sedikit fatal akibatnya.

Pemandangan kerbau dengan ratusan truk itu sudah tak asing lagi jika melintasi Jalan Leuwiranji (sebutan warga) Kecamatan Rumpin.

Selama perjalanan, terlihat pula beberapa kerusakan infrastruktur jalan di tiga kecamatan tersebut.

Para pengendara dibuat kewalahan menghadapi jalan berlubang dan bergelombang itu.

Sabtu itu, tak ada hujan turun sehingga debu pekat jelas terlihat bertebaran di atap rumah setelah dilintasi truk tambang yang hendak mengisi muatannya.

Mata dan hidung akan mulai terasa panas dan perih saat debu dari ban belakang truk tersebut menyembur. Masker yang digunakan pun seperti tak ada gunanya.

Mau tak mau, pengendara harus berani mendahului truk tersebut agar tidak terpapar debu.

Namun, perlu kehati-hatian karena jalan di daerah ini bak kubangan lumpur ketika hujan turun dan debu pekat ketika kemarau.

Jika malam hari, jalan berlubang itu tidak akan terlihat karena minimnya penerangan sehingga warga yang ingin melintas diharap berhati-hati.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com