Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SMK Ini Ciptakan Tangan Robot Khusus Disabilitas dengan Harga Murah

Kompas.com - 21/01/2020, 18:46 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Alwan Hanif Ramadhan (16), siswa kelas X Jurusan Mekatronika SMK Negeri 2 Tasikmalaya mampu menciptakan tangan robot khusus disabilitas dengan harga paling murah di pasaran.

Idenya berawal saat ia berkeinginan membantu teman dekatnya yang memiliki kekurangan fisik (disabilitas), yakni tak memiliki telapak tangan dan jari-jari.

"Awalnya ingin membantu teman saya yang difabel. Saya cari-cari informasi pembuatan tangan robot di internet-internet ternyata sudah ada. Awalnya saya kira hanya ada dalam film saja," jelas Alwan saat mempraktikkan pembuatan hasil karyanya di sekolahnya, Selasa (21/1/2020).

Alwan menambahkan, saat akan mencoba membuat tangan robot, ternyata harga-harga bahan dan alatnya sangat mahal.

Baca juga: Siswa SMA Pinrang Temukan Teh Herbal Penghambat Sel Kanker

 

Apalagi biaya mengoneksikan saraf otak dengan tangan robot juga cukup fantastis.

Makanya, harga satu unit tangan robot di pasaran saat ini mencapai ribuan dolar AS.

"Saya mulai putar otak, karena kasihan kan rata-rata orang disabilitas di Indonesia berasal dari keluarga prasejahtera. Jadi saya coba bagaimana caranya membuat tangan robot harga murah tapi fungsinya sama," tambahnya.

Produk pada umumnya berada di pasaran terbuat terbuat dari logam. Ia pun melakukan riset sejak kelas VIII SMP, dan akhirnya menemukan bahan tangan robot dengan bahan alternatif plastik jenis PLA dan TPU atau bagian keras dan lentur.

Sehingga produk yang dihasilkan harganya murah dan dapat dijangkau oleh kaum disabilitas di Indonesia.

"Kalau bahan pakai logam juga itu saya pikir berat bebannya. Saya pun berhasil dengan riset tangan robot dengan bahan plastik," ujar dia.

Selanjutnya, Alwan mengaku mengembangkan hasil karyanya ke bagian sensor.

Pada umumnya, produk serupa di pasaran memakai sensor otak.

Namun, menurutnya, selain harga mahal, hal itu juga mendapatkan kelemahan, yakni pengoperasiannya sangat sulit. 

"Kelemahannya mereka harus ke laboratorium terlebih dahulu untuk menyesuaikan syaraf dengan sensornya. Selain itu, latihannya harus dilakukan berbulan-bulan," kata Alwan.

Riset sensornya terus dikembangkan hampir selama dua tahun lebih supaya saat dibeli produknya langsung bisa digunakan tanpa ribet.

Baca juga: Kisah Chaerul, Sukses Rakit Pesawat dan Belajar Jadi Pilot dari YouTube

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com