Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Bulan Antraks Menyebar di Gunungkidul, 27 Warga Positif dan Hindari Makan Daging Sapi Sakit

Kompas.com - 21/01/2020, 11:11 WIB
Rachmawati

Editor

Hindari budaya brandu

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Gunungkidul Asman Latif mengatakan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengimbau warga menghindari budaya brandu.

Budaya brandu adalah menyembelih hewan ternak sebelum mati dan dagingnya kemudian dibagikan.

"Jangan sampai budaya brandu yang sering dilakukan justru berdampak buruk," ungkap Asman Latif.

Ia menekankan agar masyarakat tidak menyembelih hewan yang mati atau sakit.

Baca juga: Antraks Menyebar, 5.000 Liter Formalin Disiapkan

"Karena jika dagingnya dikonsumsi sangat berbahaya bagi kesehatan," ungkapnya.

Imbauan tersebut diperkuat dengan surat edaran yang disebar oleh Dinas Kesehatan yang berisi larangan bagi masyarakat mengonsumsi hewan ternak yang sakit dan mati.

Sementara itu Kepala Dusun Ngrejek Wetan, Narsiko mengatakan warganya biasa menyembelih sapi yang sudah sakit dan kemudian dagingnya dijual ke warga.

Hal tersebut dilakukan agar warga tidak terlalu merugi karena hewan ternaknya mati.

Baca juga: Puluhan Orang di Gunungkidul Positif Antraks

"Memang iya, tradisi. Kalau di dusun ada sapi yang sudah sakit disembelih. Jadi rasa gotong royongnya di masyarakat masih tinggi. Jadi (menyembelih sapi dan dijual ke warga) untuk menolong warga yang hewannya tengah sakit. Kalau dijual kan murah itu, kalau dibagikan dengan harga relatif tinggi," ujar Narsiko, Kamis (16/1/2020).

Oleh warga, daging akan direbus dan digoreng untuk lauk.

Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul menyatakan hasil uji laboratorium dari BBVET Wates menunjukkan hewan yang disembelih di dusun tersebut positif antraks.

Sementara itu dari hasil laboratorium yang disampaikan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, sebanyak 27 orang positif antraks

Baca juga: Waspada Antraks, Kenali Penularan, Gejala, hingga Pencegahannya

Sebagian besar di Dusun Ngrejek Wetan, sebagian lainnya di Dusun Ngrejek Kulon.

Narsiko bersama ratusan warga lainnya yang mengalami gejala antraks mengonsumsi anti biotik dua kali sehari selama 10 hari.

"Kondisi warga yang terserang antraks pun sudah berangsur sembuh semua," kata Narsiko

Untuk meminimalisasi penyebaran antraks, dinas terkait membangun kolam dipping yang berisi disinfektan di dua pasar hewan besar di Gunungkidul yakni Pasar Hewan Munggi Semanu dan Pasar Hewan Siyono Harjo, Kecamatan Playen.

Baca juga: Antraks di Gunungkidul, Dinkes Minta Warga Rebus Air Lebih Lama

Kolam dipping akan dilengkapi shower untuk penyemprotan disinfektan saat mobil pengangkut hewan masuk ke pasar.

Pihaknya juga mengajukan anggaran vaksin, obat-obatan, alat pelindung diri, termasuk KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi).

"Kami sedang menyusun anggaran vaksin, nanti diajukan. Termasuk susun anggaran untuk dipping di pasar," Kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto, Senin (21/1/2020).

Baca juga: Antraks Bisa Disembuhkan, Warga Gunungkidul Segera Berobat Jika Alami Gejala Ini

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com