Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dalang Jenggleng, Gunakan Cara Abnormal hingga Kuis Berhadiah

Kompas.com - 21/01/2020, 10:31 WIB
Sukoco,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Nama tersebut berawal dari keluhan salah satu penggemar kesenian wayang yang tak memiliki cukup uang untuk menghadirkan pagelaran wayang dalam sebuah hajatan.

Karena trenyuh dengan keadaan orang tersebut, Dalang Jenggelng menyanggupi tampil pada hajatan orang tua tersebut dengan bayaran seadanya.

“Spontan saja saya bilang saya tawarkan wayang jenggleng kepada orang tua yang pengin nanggap wayang, tapi duitnya kurang. Saya lebih terpanggil dengan kecintaan orang tersebut pada dunia wayang,” ucap Suyatno.

Namun, bayaran yang sedikit tak pernah menyurutkan semangatnya.

Meski hanya dengan uang Rp 4,5 juta, Dalang Jenggleng mampu menggelar pagelaran wayang dengan gebyar, seperti wayang dengan peralatan penuh.

Anggaran yang hanya seperlima dari tarif normal tersebut membuat pagelaran wayang hanya sampai tengah malam.

Minimnya bayaran juga membuat peralatan gong pengiring wayang tidak lengkap. 

Untuk menyiasati keterbatasan, Dalang Jenggleng membawa 2 buah keyboard untuk mengganti peran bonang dan sitar, serta membawa gitar serta bass elektrik untuk mengganti gong besar.

Dalang Jenggleng memanfaatan peralatan musik listrik untuk menghadirkan musik campur sari, dangdut, keroncong bahkan music rock pada pagelaran wayang saat babak limbukan atau babak hiburan.

“Animo masyarakat ternyata luar biasa. Pagelaran akhirnya molor dari kesepakatan jam 12.00 malam, karena penonton tidak mau bubar,” ujar Suyatno sambil tersenyum mengingat cara yang tidak lazim yang dia lakukan pada kesenian wayang kulit tersebut.

Meski demikian, Dalang Jenggleng tetap mengharuskan penyanyi mengenakan kebaya sebagai cara untuk menghindari perilaku anarkis dari penonton.

Kewajiban mengenakan kebaya juga dimaksudkan untuk tetap menjaga harkat dan martabat pesinden wanita.

Selain itu, untuk lebih mengenalkan kembali tarian tradisional pada generasi muda, Dalang Jenggleng membuka pagelaran dengan tarian gambyong.

“Lagi-lagi cara pagelaran wayang sampai jam 12.00 malam, dibuka dengan tarian gambyong, terus menghadirkan lagu dangdut dan campur sari yang dikritik oleh sesama, karena tidak lazim pada saat itu,” kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com