Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melacak Jejak Pembalakan Liar Hutan Lindung Sendiki yang Mulai Gundul

Kompas.com - 21/01/2020, 09:55 WIB
Andi Hartik,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Semula, penebangan pohon liar itu dilakukan oleh warga dari Desa Sidoasri dan Tambak Sari yang bersebalahan dengan Desa Tambakrejo.

Namun, warga Desa Tambakrejo ikut menebangi pohon tersebut. Hal itu marak terjadi sejak 2018 hingga saat ini.

“Dari hasil beberapa informasi, ada pemain besar terkait penebangan kayu ini. Masyarakat di sini hanya ikut-ikutan,” kata Erik.

Diracun hingga berkelompok

Terdapat berbagai jenis pohon yang ditebang secara liar. Setelah dipotong, kayu itu diangkut ke sejumlah pengepul yang ada di Sidoasri dan Bendo Sawit.

Biasanya, para pelaku pembalakan hutan itu beraksi saat malam hari. Ada tiga cara yang digunakan.

Pertama dengan membakar batang bagian bawah pohon supaya tumbang. Kemudian, meracuni pohon supaya mati dan yang ketiga dengan menebangnya secara langsung.

Mereka beraksi dengan tim. Setiap tim berjumlah hingga sembilan orang.

Mereka berbagi tugas, ada yang menebang, memotong menjadi bagian kecil dan ada yang mengangkutnya menggunakan motor.

“Hasil dari temuan kami setelah wawancara, mereka hanya disuruh untuk menebang pohon. Jadi yang di lapangan ini hanya pekerja,” kata Erik.

Baca juga: Wisata Instagenic Terbaru di Malang, Lumina Magica Hadirkan Panggung Cahaya

Paidun, salah satu warga yang kedapatan bercocok tanam di kawasan hutan lindung itu mengatakan bahwa dirinya sudah mendapatkan izin dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

“Dirapatkan dulu, saya yang disuruh ngerjain (Bercocok tanam di bekas lahan yang pohonnya sudah ditebang). Yang bilang Pak Mantri. Kalau tidak dirapatkan dulu, tidak berani saya,” kata Paidun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com