Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkena Jerat, Lengan Beruang Madu Ini Terpaksa Diamputasi

Kompas.com - 20/01/2020, 12:37 WIB
Hendra Cipta,
Khairina

Tim Redaksi

"Amputasi dilakukan sebatas lengan untuk mencegah infeksi dan pembusukan menyebar lebih jauh," terang Karmele.

Hasil pemeriksaan ulang pada tanggal 1 Desember 2019, menunjukkan lukanya sudah pulih dan saat ini Nanjung sudah siap dikembalikan ke habitatnya.

Setelah menjalani perawatan selama lebih dari 1 bulan, akhirnya Nanjung bisa pulang ke habitat aslinya.

"BKSDA Kalimantan Barat bersama IAR Indonesia bekerjasama dengan PT. Hutan Ketapang Industri (HKI) melepaskan Nanjung ke kawasan hutan milik perusahaan tersebut," tutur Karmele.

Baca juga: Petani di Sumsel Tewas Diserang Beruang Madu

Dia menjelaskan, meskipun kehilangan lengannya, beruang ini akan mampu bertahan hidup di alam.

“Kami yakin beruang ini akan mampu bertahan hidup karena kemampuan adaptasinya yang tinggi. Selain itu kecerdasan yang dimiliki beruang ini akan menambah kesempatannya untuk bertahan hidup di alam,” ujar Karmele.

Dia menilai, masalah sebenarnya tidak akan selesai dengan melepaskan Nanjung ke habitat yang lebih aman.

Kasus beruang terkena jerat di kebun warga hanyalah gejala dan besar kemungkinan kasus seperti ini akan terulang lagi.

Penyakit sebenarnya adalah rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan satwa liar dilindungi serta konversi dan alih fungsi hutan menjadi kebun dan pemukiman.

Hutan yang kian menyempit menjadikan ruang gerak beruang ini makin terhimpit.

"Tidak apa pilihan lain baginya untuk bertahan hidup selain mencari makan di rumah warga,” ungkap Karmele.

Status konservasi beruang di IUCN adalah vulnerable atau terancam. Meskipun beruang madu dilindungi oleh undang-undang di Indonesia sejak tahun 1973 dan bahkan diperkuat dengan PP Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, beruang madu saat ini terancam oleh perusakan habitat, kebakaran hutan, serta perburuan untuk peliharaan atau untuk diambil bagian tubuhnya.

Kepala BKSDA Kalbar Sadtata Noor Adirahmanta menambahkan, sudah saatnya manusia berubah.

Sudah waktunya manusia mulai sadar bahwa mereka sedang membunuh dirinya pelan-pelan.

Menurut dia, semua bencana alam, konflik satwa dan lain lain hanyalah pesan. Pesan yang disampaikan oleh alam bahwa kehidupan sedang bermasalah dan tidak baik-baik saja.

"Perusakan habitat satwa, yakni hutan, pada akhirnya akan menyengsarakan manusia juga," tutup Sadtata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com