Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Benteng Terakhir Badak Sumatera di Ujung Barat Indonesia...

Kompas.com - 20/01/2020, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com -Jumlah populasi badak sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) semakin memprihatinkan karena jumlahnya diyakini terus mengalami penurunan. Saat ini di Taman Nasional Gunung Leuser, jumlah badak sumatera kurang dari 30 ekor.

Badak sumatera masuk spesies kategori sangat terancam (critically endangered) dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) karena keberadaannya sulit terdeteksi dan populasinya sangat sedikit.

Baca juga: Selamatkan Badak Putih dari Kepunahan, Ini yang Dilakukan Ilmuwan

Habitat badak sumatera salah satunya ada di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang menjadi benteng terakhir badak sumatera di ujung barat Indonesia.

Dilansir dari VOA Indonesia, Kepala Bidang Teknis Konservasi Balai Besar TNGL Adhi Nurul Hadi mengatakan, populasi badak sumatera di kawasan TNGL diperkirakan saat ini tidak lebih dari 30 individu.

Satwa yang hidup di hutan rawa dataran rendah hingga perbukitan ini terkonsentrasi di wilayah barat dan timur taman nasional tersebut.

Baca juga: Fausta, Badak Tertua di Dunia, Mati dalam Usia 57 Tahun

“Itu perkiraan 16 hingga 20 individu, kami belum bisa optimal mengidentifikasi. Kami juga belum bisa membedakan individu satu dengan lainnya, kecuali badak yang memiliki anak itu bisa dimonitor perkembangan dan membedakannya dengan badak lain. Sebab, mereka tidak memiliki ciri khas sehingga kalau kami identifikasi terhadap foto dan video itu sekitar 12 sampai 20 wilayah barat. Lalu, wilayah timur kurang dari 15 individu, sekitar enam hingga delapan badak,” kata Adhi, Kamis (16/1/2020).

Adhi menjelaskan, sulitnya badak sumatera bereproduksi dan habitatnya yang terus terancam membuat satwa bercula dua ini menjadi prioritas di TNGL selain gajah, harimau, dan orangutan.

Baca juga: Punah Sudah Badak Sumatera di Malaysia…

Selain itu, singkatnya masa berahi dan tingginya sensitivitas terhadap gangguan atau interaksi dengan satwa domestik lain menjadi salah satu faktor menurunnya populasi badak sumatera.

Bukan hanya itu. Perburuan, perambahan, dan penebangan liar, serta kebakaran hutan juga menjadi pemicu menyusutnya habitat badak sumatera di TNGL.

Adhi menjelaskan, beberapa cara dilakukan untuk menjaga kelestarian badak sumatera, seperti side monitoring, perlindungan, dan aktivitas penelitian.

Baca juga: SRS 2 Diresmikan, Benteng Terakhir Badak Sumatera

“Kami sudah menetapkan side monitoring. Itu menetapkan satu areal yang intensif dan potensial menjadi habitat badak. Kami pasang camera trap di situ. Luas side monitoring sekitar 19.000 hektar. Kami juga melakukan survei untuk mengetahui individu ada berada di situ. Kami juga ingin memantau bagaimana proses reproduksi badak karena indikator keberhasilan dari suatu habitat penunjang satwa liar itu salah satunya adalah melalui reproduksi. Kami lakukan itu khusus di side monitoring,” jelas Adhi.

“Ketersediaan pakan kemudian kondisi fisik lingkungan yang bisa membatasi peluang reproduksi antara jantan dengan betina itu bisa mengurangi proses reproduksi,” katanya.

Baca juga: Bayi Tabung, Upaya Peneliti Selamatkan 2 Badak Putih Utara Terakhir

Badak Sumatera yang berhasil terekam camera trap di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh.Courtesy: Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser Badak Sumatera yang berhasil terekam camera trap di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh.
Rencana aksi darurat

Untuk meningkatkan populasi badak sumatera, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sedang menyusun rencana emergency action plan (rencana aksi darurat) khusus untuk badak yang tersebar di seluruh wilayah Sumatera.

“Jika habitatnya kurang dari 15 individu itu akan ditranslokasi ke sanctuary, dimonitor sehingga proses reproduksinya bisa berkembang. Pertimbangannya apabila populasinya sedikit dikhawatirkan karena proses reproduksi badak sangat sensitif itu malah tidak terjadi reproduksi. Maksud dari rencana aksi darurat diharapkan mengembalikan perkembangan populasi badak tersebut,” jelasnya.

Baca juga: Peringati Hari Badak Sedunia, Kenali 5 Fakta Satwa Terancam Punah Ini

Hal senada juga dijelaskan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto.

Menurut Agus, salah satu cara menyelamatkan populasi badak adalah dengan membangun tempat pelestarian badak sumatera di Aceh Timur.

“Secara umum, mari kita jaga kawasan hutan yang merupakan habitat dari satwa liar di Aceh, termasuk badak. Sehingga, dengan kita menjaga habitatnya, otomatis kelestarian satwa itu dan populasinya dapat meningkat dengan baik,” ucap Agus dilansir dari VOA Indonesia.

Baca juga: Badak Ini Seruduk dan Empaskan Mobil Beserta Pawang Taman Safari di Dalamnya

Sementara itu, dilansir dari laman resmi World Wide Fund for Nature (WWF), dijelaskan bahwa perburuan badak sumatera dilakukan untuk mengambil cula dan bagian tubuh lainnya untuk bahan obat tradisional.

Selain itu, disebutkan juga bahwa rusaknya habitat hutan menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup badak sumatera yang tersisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com