Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksistensi Keraton Jipang di Blora, Apa Bedanya dengan Keraton Agung Sejagat?

Kompas.com - 17/01/2020, 13:06 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Khairina

Tim Redaksi

BLORA, KOMPAS.com - Kasus penipuan yang mengatasnamakan Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah menghebohkan masyarakat di pertengahan awal tahun 2020.

Selain aktivitasnya yang tak lazim, Keraton Agung Sejagat sukses merekrut ratusan pengikut dengan tarif berbayar serta janji-janji yang menggiurkan.

Viralnya kebohongan Keraton Agung Sejagat melatahkan masyarakat menyoroti berbagai aktivitas yang bersinggungan dengan klaim sebuah kerajaan. 

Seperti halnya eksistensi Yayasan Keraton Jipang di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jateng.

Baca juga: Keraton Agung Sejagat Diikuti 29 Orang di Klaten, 3 Diperiksa Polisi

Meski demikian, Yayasan Keraton Jipang tak serupa dengan sepak terjang Keraton Agung Sejagat.

Yayasan Keraton Jipang tidak membangun kerajaan, merekrut pengikut, atau bahkan berniat memiliki pemerintahan yang berdaulat.

Sejatinya, Yayasan Keraton Jipang hanyalah perkumpulan "trah" Raja Adipati Jipang yang berupaya melestarikan dan mengikat sejarah leluhur supaya tak lekang dimakan zaman. Istilahnya "nguri-nguri budaya".

Langkah demikian pun digagas agar tidak dipatenkan oleh oknum yang tak bertanggung jawab.

Paling tidak, mengingatkan masyarakat jika dahulu pernah mengemuka kesohoran Kerajaan Jipang di masa kepemimpinan nenek moyangnya.

Kisah klasik keberadaan Keraton Jipang di Cepu salah satunya dibuktikan juga dengan banyaknya peninggalan benda bersejarah yang ditemukan terkubur di sana.

Bahkan, ada juga Petilasan Kadipaten Jipang yang dijadikan obyek wisata di Desa Jipang, Kecamatan Cepu, sekitar 45 kilometer ke arah tenggara dari Kota Blora.

Obyek wisata ini merupakan obyek wisata peninggalan sejarah dan adat budaya.   

Gusti Pangeran Raja Adipati Arya Jipang II Barik Barliyan, dari Yayasan Keraton Jipang mengatakan, legalitas badan hukum Yayasan Keraton Jipang resmi tercatat di keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan forum silaturahmi keraton nusantara.

"Kami melestarikan sejarah dan budaya, termasuk juga untuk menggairahkan sektor pariwisata. Kami pun sering gelar kirab budaya di berbagai daerah. Selain nguri-nguri budaya, juga promosi aset wisata. Tentunya sangat berbeda dengan yang di Purworejo yang berorientasi pada penipuan dan makar," jelas Barik Barliyan saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Jumat (17/1/2020).

Baca juga: Halusinasi Seorang Warga Pinggiran Rel sebagai Raja Keraton Agung Sejagat

Barik Barilyan menyampaikan, sejarah Keraton Jipang sangat erat hubungannya dengan cerita Arya Penangsang, satu di antara kisah sejarah yang melegenda di Tanah Jawa. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com