Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksistensi Keraton Jipang di Blora, Apa Bedanya dengan Keraton Agung Sejagat?

Kompas.com - 17/01/2020, 13:06 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Khairina

Tim Redaksi

Arya Penangsang atau Arya Jipang adalah Raja Adipati Jipang yang memerintah pada pertengahan abad ke-15. 

"Wilayah Jipang terletak di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jateng. Sekali lagi, kami bukan mendirikan kerajaan baru, namun hanya nguri-nguri budaya. Ngawur itu beritanya," tegas Barik Barilyan.

Sementara itu, dari berbagai literatur, Arya Penangsang disebut-sebut sebagai raja Demak ke 5 atau penguasa terakhir Kerajaan Demak yang  memboyong pusat pemerintahan Kerajaan Demak ke Jipang, sehingga pada masa itu dikenal dengan sebutan "Demak Jipang".

Riwayat mengenai Arya Penangsang tercantum dalam beberapa serat dan babad yang ditulis ulang pada periode bahasa Jawa Baru (abad ke-19), seperti Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.

Menurut Serat Kanda, ayah dari Arya Penangsang adalah Surowiyoto atau Raden Kikin atau sering disebut juga sebagai Pangeran Sekar, ia adalah putra Raden Patah, raja Demak pertama. 

Penguasa daerah di bawah Demak saat itu menganggap pemerintahan Demak di Jipang tidak sah karena terjadi pembunuhan terhadap Sunan Prawoto (Raja Demak ke 4) oleh seseorang utusan Arya Penangsang. Sunan Prawoto adalah raja baru di Demak pasca terbunuhnya Raja Demak Sultan Trenggana di Situbondo. 

Penguasa daerah yang tidak puas, menyusun strategi untuk melawan Arya Penangsang. Pemerintahan Arya Penangsang tidak berlangsung lama.

Pada 1554, Arya Penangsang tewas oleh Sutawijaya atau Jaka Tingkir dalam sebuah pertempuran besar di dekat Bengawan Sore. Demak Jipang akhirnya runtuh dan digantikan oleh Kesultanan Pajang.

Kapolres Blora, AKBP Antonius Anang, mengatakan, dari catatan Polres Blora, selama ini aktivitas dan kegiatan Yayasan Keraton Jipang terpantau sewajarnya saja dan tidak meresahkan masyarakat.

Selain tak ada bangunan selayaknya kerajaan, Yayasan Keraton Jipang memang tak berorientasi mendirikan kerajaan baru seperti yang ramai diberitakan.

"Bukan mendirikan kerajaan baru. Kegiatan yang dilakukan seperti kirab budaya, hanya mengenang sejarah saja. Normal-normal saja dan tidak seperti di Purworejo," jelas Antonius Anang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com