JOMBANG, KOMPAS.com - Hama tikus merajalela di sebagian lahan pertanian yang ada di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Serangan hama tikus, misalnya, melanda hamparan lahan pertanian di Desa Pojok Kulon, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.
Baca juga: Polisi Ungkap Inisial Anggota Keluarga Cendana dalam Kasus MeMiles
Perangkat desa setempat Misbachudin mengungkapkan, serangan hama tikus yang cukup masif terjadi sejak 2 minggu lalu.
"Mulai banyak (tikus) ya 2 mingguan ini, padahal sekarang waktunya 'nampek winih' (penyemaian benih)," ujar dia kepada Kompas.com, Kamis (16/1/2020).
Baca juga: Tak Ingin Disebut Kebanjiran, Pemkot Surabaya Sebut Hanya Genangan Air
Menurut dia, hama tikus yang menyerang lahan milik petani desa Pojok Kulon tidak hanya terjadi pada saat tanaman sudah tumbuh besar, saat berbuah, maupun saat menjelang masa panen.
Serangan hama tikus, kata Misbachudin, terjadi juga saat memasuki masa tanam padi periode kedua yang jatuh pada Januari ini.
Saat ini, ungkap Kaur Umum Desa Pojok Kulon ini, para petani akan melakukan penanaman padi yang diawali dengan kegiatan penyemaian benih.
Baca juga: Cerita Pengemudi Tak Bisa Mengelak Saat Tepergok Kamera Tilang Elektronik
Namun, langkah para petani di desanya terganggu dengan banyaknya tikus yang masuk ke sawah.
Misbachudin menuturkan, hampir seluruh hamparan lahan pertanian di desa Pojok Kulon tak luput dari serangan hama tikus.
Di Desa Pojok Kulon, Kecamatan Kesamben, kata Misbachudin, luas lahan pertanian pada jenis lahan persawahan sekitar 141 hektar. Sementara untuk lahan pertanian pada jenis lahan tegalan, luasnya mencapai 78 hektar.
Hamparan lahan pertanian di desanya, lanjut Misbachudin, dimiliki oleh sekitar 160 orang petani yang terbagi ke dalam 4 kelompok tani.
Misbachudin mengatakan, untuk menghalau serangan tikus yang mengancam eksistensi pertanian di Desa Pojok Kulon, para petani setempat memanfaatkan jasa para pemburu tikus.
Para pemburu, ujar dia, menerima kompensasi sebesar Rp. 1.000 untuk setiap ekor bangkai tikus.
Baca juga: TNI Berhasil Temukan Markas KKB di Intan Jaya, Papua
Kompensasi itu diterima para pemburu berdasarkan jumlah bangkai tikus hasil buruan yang diserahkan kepada kelompok tani.
"Sekarang tiap ekor Rp. 1.000. Kalau dulu, tahun lalu, masih Rp 500 per ekor, lalu naik jadi Rp 750 dan sekarang naik lagi," kata Kaur Umum Desa Pojok Kulon tersebut.
Baca juga: Tak Kuat Menanggung Aib, Motif Siswi Pesantren Buang Bayi ke Ember Cucian hingga Tewas
Muhammad Subhan, petani setempat mengungkapkan, perburuan tikus dilakukan pada malam hari.
Para pemburu tikus, ujar dia, memanfaatkan senapan angin dan dilakukan secara berkelompok.
Sementara untuk pembiayaan perburuan tikus, para petani melakukan iuran sebesar Rp 20.000 untuk ukuran kepemilikan lahan seluas 100 ru. Subhan mengaku membayar iuran untuk lahan 250 ru miliknya sebesar Rp. 50.000.
Iuran yang dikumpulkan kepada petugas yang ditunjuk kelompok tani tersebut, kata Subhan, berlaku untuk selama satu musim.
"Tapi ada kesepakatan, kalau nanti kurang, kami iuran lagi," ujar dia saat ditemui di kediamannya.
Subhan menambahkan, fenomena maraknya serangan hama tikus tidak hanya terjadi di Desa Pojok Kulon.
Beberapa desa di Kecamatan Kesamben serta di Kecamatan Tembelang juga mengalami situasi serupa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.