Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Pembuatan Pesawat Rakitan di Pinrang, 5 Kali Gagal Terbang dan Gunakan Mesin Motor

Kompas.com - 17/01/2020, 05:45 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pada tahun 2002, seorang montir asal Pinrang, Sulawesi Selatan, yang bernama Chaerul membuat helikopter. Namun, helikopter yang ia rakit gagal terbang.

Pantang menyerah, Chaerul meneruskan mimpinya. Ia ingin membuat pesawat karena penasaran rasanya terbang naik pesawat. Sebab, ia belum pernah menaiki pesawat terbang.

Setelah 17 tahun kemudian, tepatnya September 2019, Chaerul kembali merancang pesawat terbang dari barang bekas.

Sayap pesawat dibuat dari parasut bekas yang biasanya dijadikan penutup mobil, sedangkan mesin pesawat ia buat dari mesin motor Kawasaki Ninja RR 150 CC.

Baca juga: Kisah Montir Lulusan SD Kejar Mimpi Rakit Pesawat dari Barang Bekas hingga Mampu Terbang Sambil Bermanuver

Ia menghabiskan dana sekitar Rp 23 juta dengan perincian Rp 8 juta untuk badan pesawat dan Rp 15 juta untuk membeli mesin motor.

Uji coba pertama dilakukan pada 29 November 2019, tetapi pesawat tersebut gagal terbang.

Tak putus asa, Chaerul dan dua karyawan bengkelnya, Muh Yusuf dan Wawan, kembali memperbaiki pesawat rakitannya.

Mereka bertiga lebih banyak mengerjakan pesawat rakitan pada malam hari. Saat siang, mereka menggarap pesanan motor trail pengangkut gabah.

Selama merakit pesawat, Chaerul didampingi mantan penerjun Kopassus Kapten Halid yang memiliki pengetahuan tentang pesawat jenis ultralight.

Baca juga: Pesawat Rakitan Montir Bisa Terbang, Chaerul: Sejak Kecil Belum Pernah Naik Pesawat

Lima kali gagal terbang

Montir Motor Pembuat Pesawat di Pinrang Hanya Tammat SDSUDDIN SYAMSUDDIN Montir Motor Pembuat Pesawat di Pinrang Hanya Tammat SD
Pesawat rakitan Chaerul telah uji terbang sebanyak lima kali, tetapi selalu gagal.

Uji terbang yang mendapat perhatian publik adalah di Lapangan Malimpung, Kecamatan Patang Panua, Kabupaten Pinrang, Minggu (12/1/2020).

Chaerul sendiri yang mengendarai pesawat rakitannya. Sayangnya, uji coba terbang hari itu juga gagal.

Kapten Halid, mantan penerjun Kopassus yang mendampingi Chaerul, mengatakan, Chaerul belum menguasai cara terbang pesawat.

"Dari hasil uji terbang, kami akan melakukan revisi. Uji coba tadi yang gagal terbang, termasuk pada Chaerul jadi pilot, belum terlalu menguasai cara terbang pesawat," kata Halid.

Baca juga: Pesawat Buatan Montir di Pinrang, Sulsel, Akhirnya Terbang

Setelah beberapa kali melewati perbaikan, pesawat rakitan Chaerul berhasil terbang. Uji coba terakhir dilakukan di Pantai Langga, Rabu (15/1/2020).

Bukan hanya terbang setinggi 20 meter, pesawat kecil buat Chaerul tersebut sempat bermanuver sebanyak dua kali disaksikan oleh puluhan warga Langga, Kabupaten Pinrang.

Chaerul mengaku perasaannya bercampur aduk saat pesawatnya akhirnya bisa melayang di udara.

"Pesawat dicoba terbang dengan landasan pasir pantai. Saya terbang dengan perasaan waswas dan juga senang." ujar Chaerul.

Baca juga: Pesawat Buatan Montir Motor asal Pinrang Uji Coba Terbang

Pria yang mengenyam pendidikan di sekolah dasar ini mengaku bangga mampu mewujudkan mimpinya bisa terbang menggunakan pesawat rakitannya.

"Yang membuat saya terus semangat adalah obsesi saya ingin menaiki pesawat terbang. Sejak kecil belum pernah naik pesawat," jelas Chaerul.

Rabu (16/1/2020), Chaerul dan dua karyawannya dipanggil DPRD Kabupaten Pinrang setelah pesawat dari barang bekas yang dirakitnya berhasil terbang.

Sampai berita ini ditulis, masih belum diketahui alasan pemanggilan Chaerul oleh anggota Dewan.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Suddin Syamsuddin | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com