KOMPAS.com - Jumat (10/1/2020) sekitar pukul 21.30 WIB, aparat kepolisian daerah (Polda) Sumatera Barat (Sumbar), melakukan pengerebekan prostitusi berkedok indekos yang berada di Jalan Adi Negoro, Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumbar.
Pengerebekan itu sendiri setelah polisi mendapat laporan dari warga yang curiga dengan aktifitas indekos tersebut.
Dalam penggerebekan itu, polisi meringkus ibu dan anak yang diduga sebagai mucikari serta tiga orang wanita yang diduga dijadikan Pekerja Seks Komersial (PSK).
Kedua mucikari berinisial H (54), dan anaknya AS (30), memasang tarif sekali kencan sebesar Rp 300.000 bagi pelanggan yang memakai jasa PSK di tempatnya.
Adanya laporan dari warga
Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto mengatakan, pengerebekan yang dilakukan pihaknya itu berdasarkan adanya laporan dari warga di mana praktek itu diduga sudah berlangsung sejak lima bulan terakhir.
"Pada saat penggerebekan di rumah itu kita amankan wanita H (54) dan anak AS (30) yang diduga mucikari dan tiga wanita yang menjadi korban," katanya yang dihubungi Kompas.com, Selasa (14/1/2020).
Stefanus menyebutkan pekerjaan yang dilakukan tersangka cukup rapi karena setiap pelanggan yang masuk melakukan transaksi dan kencan di dalam rumah.
Baca juga: Warga Curiga Tamu Indekos Ini Silih Berganti, Ternyata Jadi Sarang Prostitusi
Stefanus meengungkapkan, tiga wanita PSK yang ikut diamankan pihaknya saat pengerebekan tersebut dikirim ke Panti Sosial Andam Dewi di Kabupaten Solok, Sumbar.
Sambungnya, satu di antaranya anak di bawah umur berinisial RF (17), sedangkan dua wanita lainnya adalah FA (22), dan NM (29).
"Tiga wanita yang menjadi korban prostitusi itu sudah dikirim ke Panti Sosial Andam Dewi, Kabupaten Solok," katanya, Selasa malam.
Baca juga: Tiga PSK Terjaring di Tempat Prostitusi Berkedok Indekos di Padang
Ibu dan anak diduga jadi mucikari
Stefanus mengatakan, H diduga menjadi mucikari bersama anaknya AS, sambungnya, keduanya memiliki peran masing-masing, di mana AS berperan sebagai pencari wanita dan pelanggan, dan H sebagai penerima setoran dari AS.
"H berperan sebagai induk semangnya dan AS yang mencari wanita dan pelanggan bagi wanita itu," jelasnya.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena warga mulai curiga karena tamu yang datang silih berganti.