Prosesi diikuti lebih dari 100 orang lengkap dengan kostum kerajaan dan iringan drumband.
Mereka berjalan kaki sejauh 1 km menuju kompleks Candi Arjuna selama sekitar dua jam karena berjalan lambat.
"Respons warga untuk melihat biasa, karena musiknya keras terus nadanya unik, seperti prajurit Keraton Yogya musiknya, banyak nonton, tapi karena cuaca dingin hanya beberapa orang yang melihat di candi, akhirnya cuka beberapa yang bertahan," ujar Aryadi.
Setelah penangkapan raja dan ratu Keraton Agung Sejagat, dia baru memastikan bahwa ritual itu dilakukan oleh orang yang sama.
Baca juga: Dalami Kasus Keraton Agung Sejagat, Polisi Gandeng 3 Guru Besar Undip
Bulan Mei 2019, raja dan ratu Keraton Agung Sejagat juga pernah melakukan ruwatan di puncak Gunung Tidar, Magelang.
Petugas jaga Gunung Tidar, Heri Setyawan (50), mengaku ingat keduanya memakai pakaian kebesaran lengkap dengan mahkota dan aksesoris lain.
"Ada juga yang memakai jubah warna putih. Sedangkan yang perempuan ada yang memakai prajurit, namun ada juga yang memakai kebaya," cerita Heri kepada wartawan, Rabu (15/1/2020).
Ruwatan dimulai dengan kirab dari bawah hingga naik puncak Gunung Tidar dengan diiringi drumband, mulai malam hingga dini hari.
Ritual dilakukan dengan memotong puluhan ekor ayam, kemudian darahnya dikubur di sekeliling Tugu Sa yang berada di puncak Gunung Tidar.
(Penulis: Wijaya Kusuma, Ika Fitriana, Fadlan Mukhtar | Editor: Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.