Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Ular Piton Ditemukan di Atap Rumah Warga

Kompas.com - 16/01/2020, 10:51 WIB
Labib Zamani,
Khairina

Tim Redaksi

 

SRAGEN, KOMPAS.com - Teror ular masih mengancam warga Dukuh Cermo, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Belum lama ini ditemukan seekor ular piton sepanjang satu meter di atap rumah warga.

Hal tersebut disampaikan Koordinator lapangan SAR Poldes cabang Sidoharjo, Alfyan Rendi Prasetya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/1/2020).

Baca juga: Ular Kobra Sembunyi di Kamar Mandi, Sempat Semburkan Bisa ke Anak Kecil

Menurut pria yang akrab dipanggil Rendi itu, ular piton tersebut berhasil dievakuasi di rumah warga pada Rabu (15/1/2020) sekitar pukul 08.30 WIB.

"Kemarin ada enam orang yang menangkap ular piton. Sekarang ularnya kita bawa ke posko untuk pemilihan dan sebagainya karena sedang ganti kulit," kata Rendi.

Selain ular piton, juga ditemukan dua ekor anakan ular kobra. Akan tetapi ular tersebut sudah mati karena dibunuh warga.

Anakan ular yang memiliki nama latin Naja sp tersebut ditemukan warga di Dukuh Banyuning, Desa Singopadu, Kecamatan Sidoharjo.

Baca juga: Ular Piton 3 Meter Jatuh dari Atap ke Ruang Tamu, Diduga Lama Bersarang

Rendi mengungkapkan, sejak akhir Desember 2019 hingga pertengahan Januari 2020 ada ratusan ular berbagai jenis yang ditemukan di permukiman warga Kecamatan Sidoharjo.

Dari jumlah itu, ungkap Rendi, sekitar 35 ekor ular dalam kondisi hidup dan sisanya mati karena dibunuh warga.

"Sampai saat ini masih banyak laporan warga soal ular. Karena Desember-Februari itu musimnya telur ular menetas sehingga banyak anakan ular yang berkeliaran," jelas Rendi.

Di samping itu, banyaknya ular yang masuk permukiman warga juga dikarenakan habitat binatang melata itu sudah rusak karena berubah fungsi.

"Mungkin habitatnya terganggu awalnya sawah sudah jadi permukiman. Jadi, ular ini mencari tempat yang aman untuk bertelur. Makanya mulai bermunculan di permukiman terutama perumahan," ujar Rendi.

Pihaknya mengimbau kepada warga apabila menemukan ular di permukiman supaya tidak dibunuh.

Dia meminta agar melaporkan ke pihak terkait atau SAR Poldes setempat supaya dievakuasi.

"Jangan dibunuh agar ekosistem alam tetap seimbang. Karena kalau populasi ular berkurang maka akan merugikan warga terutama petani karena banyak tikus di sawah," terang Rendi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com