Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Orang di Gunungkidul Positif Antraks

Kompas.com - 15/01/2020, 13:29 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mencatat ada puluhan orang positif antraks.

Dinas terus memberikan surat edaran kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi hewan ternak yang sakit dan mati. 

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul Sumitro mengatakan telah mendapat informasi tentang adanya terduga antraks itu pada 27 Desember 2019.

Sehari setelah mendapatkan laporan tim One Health, yang terdiri dari lintas sektoral, langsung turun ke lapangan terkait informasi mengenai siapa saja yang berisiko karena bersinggungan langsung dengan hewan terpapar antraks, seperti mengonsumsi, menyembelih, dan membersihkan hewan ternak. 

Baca juga: Waspada Antraks, Kenali Penularan, Gejala, hingga Pencegahannya

Sampai 4 Januari 2020, Dinkes Gunungkidul menemukan 540 orang terpapar antraks di Dusun Ngerejek Wetan dan 60 orang di Semanu.

"Dari jumlah itu (600 orang), yang ada suspect gejala klinisnya ada 87 orang. Dari 87 orang diambil darahnya 54 orang, swipe luka 11 orang. Yang positif antraks ada 27 orang, untuk yang di-swipe lukanya negatif (antraks)," kata Sumitro dalam jumpa pers 'Penanganan Antraks di Kabupaten Gunungkidul' di Kecamatan Playen, Rabu (15/1/2020). 

Dari 27 orang terkena antraks, sebagian besar terpapar antraks pada kulit. Sebagian di antaranya gabungan antara kulit dan pernapasan.

Antraks bisa menyerang kulit, pernapasan dan pencernaan. Bila tidak diobati secara benar, bisa menyebabkan kematian karena komplikasi. Namun, bila diketahui sejak awal, bisa diobati sampai sembuh.

"Jika (menyerang) kulit, dibiarkan saja dalam waktu dua minggu akan sembuh sempurna. Tapi kita tidak mengetahui apakah ada komplikasi atau tidak," kata Sumitro

Warga yang positif antraks diberi antibiotik profilaksis lanjutan sampai 20 hari. Warga dengan gejala antraks diberi antibiotik. Selain itu, mereka  yang positif dicek ulang darahya ke BBVEt Bogor, Jawa Barat.

"Antraks pada manusia tidak menular antarmanusia. Sampai saat ini kita tidak menemukan data penularan antara manusia ke manusia. Mereka biasa seperti hidup seperti manusia pada umumnya, tidak ada isolasi," kata Sumitro. 

Mengenai warga meninggal beberapa waktu lalu, Sumitro menyebut hasil laboratorium negatif antraks dan warga tersebut meninggal karena penyakit meningitis.

Baca juga: Antraks di Gunungkidul, Dinkes Minta Warga Rebus Air Lebih Lama 

Ia mengatakan bahwa yang meninggal tersebut merupakan pemilik sapi positif antraks, ikut mengonsumsi, dan ikut membersihkan kandang.  

Untuk melakukan pencegahan, Dinkes dan Dinas Pertanian dan Pangan terus melakukan sosialisasi dengan melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat.

Dinkes Gunungkidul juga membuat surat edaran kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi hewan yang sakit atau memasak daging harus dimasak secara matang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com