Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Macan Tutul Mati di Pati Diduga karena Cuaca Ekstrem

Kompas.com - 14/01/2020, 19:57 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Khairina

Tim Redaksi

PATI, KOMPAS.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng bekerja sama dengan Semarang Zoo masih berupaya mengidentifikasi penyebab kematian seekor macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang ditemukan di kawasan hutan Pegunungan Muria wilayah Kabupaten Pati, Jawa Tengah. 

Sebelumnya, bangkai macan tutul jantan berusia 1,5 tahun tersebut telah dikuburkan oleh warga hingga akhirnya dievakuasi dan dibawa oleh tim BKSDA Jateng untuk diperiksa lebih lanjut.

Kepala BKSDA Jateng Darmanto, mengatakan, macan tutul yang ditemukan dengan kondisi anus berdarah itu bukanlah korban perburuan.  

Baca juga: Macan Tutul Ditemukan Mati Dekat Kandang Sapi di Pati

BKSDA Jateng pun menggandeng dokter hewan, Hendrik dari Semarang Zoodalam proses "nekropsi" untuk mengetahui penyebab kematian macan tutul.

Dari hasil pemeriksaan dengan fasilitas sinar X Ray di klinik hewan, tidak ditemukan adanya proyektil, benda asing maupun luka baru di fisik macan tutul dan struktur tulang macan tutul juga tak mengalami perubahan.

Langkah selanjutnya, kata dia, akan dilakukan uji laboratorium lambung dan usus di Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya.

"Jadi bukan korban perburuan. Tidak ditemukan luka-luka yang mengarah ke situ. Untuk selanjutnya akan dilakukan uji lab lambung dan usus di Universitas Airlangga. Di sana ada alatnya," kata Darmanto saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Selasa (14/1/2020).

Dijelaskannya, dari hasil analisa awal oleh tim medis Semarang Zoo, macan tutul tersebut diduga mati akibat faktor cuaca ekstrem yang kian memperburuk kondisi kesehatan atau kekebalan tubuh macan tutul.

Di sisi lain, sambung dia, asupan makanan yang disantap macan tutul hingga dibiarkan berhari-hari tersebut terkontaminasi bakteri akibat hujan.

"Kondisi cuaca yang ekstrem memengarungi kesehatan macan tutul tersebut. Terlebih lagi, macan tutul makan tidak langsung habis. Bangkai makanannya dibiarkan berhari-hari hingga terkontaminasi bakteri karena cuaca ekstrem. Itu dugaan awalnya karena sakit," ujarnya.

Baca juga: 13 Macan Tutul Terekam Kamera Trap di Gunung Muria, Ada Betina dan 2 Anaknya

Untuk diketahui, seekor macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) ditemukan mati di kawasan hutan Pegunungan Muria, wilayah Kabupaten Pati, Jawa Tengah,  Minggu (12/1/2020) pagi sekitar pukul 09.00 WIB.

Bangkai spesies "Kucing Besar" yang terancam punah di Indonesia itu ditemukan terkapar tak jauh dari kandang sapi milik warga di Desa Plukaran, Kecamatan Gembong, Pati.

Pejabat Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng, Budi Santoso, menyampaikan, dari hasil identifikasi tim BKSDA Jateng, macan tutul yang ditemukan oleh warga setempat itu berjenis kelamin jantan dan diperkirakan berumur 1,5 tahun.

Semula warga setempat mencium bau busuk yang begitu menyengat dan setelah ditelusuri ternyata bangkai macan tutul tergeletak di kebun sekar gading yang berjarak 50 meter dari kandang sapi warga. 

Saat ditemukan oleh warga, kondisi anus macan tutul tersebut berdarah.

"Warga kemudian menguburkannya. Warga saat itu menduga macan tutul habis melahirkan karena anus berdarah. Perisitiwa ini didokumentasikan warga hingga foto dan video viral di media sosial," terang Budi saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Selasa (14/1/2020).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com