Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Tanah Bergerak dan Lapuk, Bangunan SD Negeri di Sukabumi Rusak

Kompas.com - 13/01/2020, 23:47 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Juga sebelumnya tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) - Badan Geologi didampingi BPBD Kabupaten Sukabumi pernah mengkaji atau meneliti soal bangunan retak-retak akibat bencana tanah bergerak di sekolah pada Senin (9/12/2019).

''Hasil pemeriksaan dari Badan Geologi juga sudah kami terima,'' ujar Asep.

Baca juga: Kronologi Fenomena Tanah Bergerak di Cianjur: Pematang Sawah Bergeser, Penduduk Diungsikan

Asep menuturkan saat dirinya mulai bertugas, saat itu ruang kelas 1 kondisinya sudah ada yang retak-retak pada lantai dan dinding bagian sudut bangunan belakang.

Awalnya retakan-retakan itu kecil, namun terus membesar. Dan berikutnya retakan di lantai dan dinding ditemui juga di kelas-kelas sebelahnya yakni kelas 2, 3 dan bagian belakang ruang guru.

Menurut dia selain bangunan retak-retak akibat dampak bencana tanah bergerak, beberapa ruang kelas juga ada yang rusak pada bagian atapnya. Kerusakan ini akibat kayu-kayu penyangga genting sudah lapuk.

Paling parah di ruang kelas 4 dan 5 yang berdampingan dengan ruang kepala sekolah. Sudah diperbaiki atasnya dengan diganti bambu dan ke bawahnya ditopang bambu agar bisa bertahan

''Tapi sampai saat ini kami tetap khawatir, apalagi sudah musin hujan. Anak-anak dan para guru juga tidak nyaman, jadi harus selalu waspada saat di ruang kelas, apalagi saat turun hujan,'' kata Asep.

''Saya kalau sudah pulang kerja dan berada di rumah suka tidak tenang. Khawatir ada apa-apa dengan bangunan sekolah ini,'' sambung dia.

Baca juga: Bencana Tanah Bergerak di Trenggalek, Belasan Rumah Retak-retak

Waspada potensi gerakan tanah susulan

Kepala Seksi Kesiapsiagaan, BPBD Kabupaten Sukabumi, Agung Koswara membenarkan hasil pemeriksaan gerakan tanah di Kecamatan Gunungguruh oleh PVMBG-Badan Geologi sudah diterima pihaknya.

''Dalam hasil pemeriksaan itu juga PVMBG di antaranya mengingatkan mengenai curah hujan yang diperkirakan masih tinggi dan terdapat potensi gerakan tanah susulan,'' kata Agung saat ditemui di Kantor BPBD Kabupaten Sukabumi, Jumat (3/01/2020) lalu.

Agung menuturkan untuk menghindari kerusakan yang lebih besar dan jatuhnya korban jiwa, PVMBG Badan Geologi memberikan beberapa rekomendasi. Di antaranya segera menutup dan memadatkan retakan untuk mengurangi peresapan air ke dalam retakan tersebut.

''Segera dilakukan pembuatan dinding penahan lereng atau membuat lereng berjenjang yang disertai sistem drainase dengan konstruksi kedap air agar kestabilan lereng meningkat,'' tutur Agung yang baru resmi dilantik sejak Sabtu (31/12/2019).

Baca juga: 15 Rumah Rusak, Ratusan Warga Bantargadung Sukabumi Dihantui Bencana Tanah Bergerak

Untuk bangunan sekolahnya, lanjut dia, saat ini masih aman untuk digunakan. Namun dengan tetap meningkatkan kewaspadaan dan memantau perkembangan retakan terutama saat hujan turun.

''Jika retakan bertambah lebar dan meluas dengan cepat segera jauhi area retakan dan bangunan sekolah sementara tidak digunakan,'' ujar Agung.

Pada rekomendasi itu, PVMBG-Badan Geologi hanya menyampaikan potret potensi bencana geologi, dalam hal ini bencana gerakan tanah dan tidak berhak melarang dan mengizinkan pembangunan di lokasi tersebut.

Untuk itu PVMBG sangat merekomendasikan dalam pembangunan harus menyesuaikan dengan rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Sukabumi.

Baca juga: Cerita Penyintas Bencana Tanah Bergerak: Ngeri, Waktu Hujan Deras Air Masuk Retakan Tanah...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com